Di tepi sebuah kampung yang tenang, hiduplah seorang anak bernama Ardi yang sangat gembira karena hari itu adalah hari pertamanya pergi ke sekolah. Ardi, anak bungsu dari empat bersaudara, selalu mendengar cerita menarik dari kakak-kakaknya tentang sekolah, dan sekarang, akhirnya, tibalah gilirannya.
Dengan tas yang masih baru dan sepatu yang mengilap, Ardi melangkah gembira menuju sekolah bersama Ibunya. Ibu, meski sibuk, selalu menyempatkan waktu untuk mendampingi anaknya di hari penting. Di perjalanan, Ibu memberikan beberapa nasihat kepada Ardi.
"Ardi, di sekolah, kamu akan bertemu banyak teman baru dan belajar banyak hal. Ingat, jadilah baik kepada semua orang, dan dengarkan guru kamu," pesan Ibunya, sambil mengatur ransel di punggung Ardi yang kecil.
Sesampainya di sekolah, Ardi disambut oleh suasana yang ramai. Anak-anak lain berlarian dan bermain, sementara beberapa terlihat sedikit gugup seperti dirinya. Guru kelasnya, Bu Lina, menyambutnya dengan hangat.
"Selamat datang, Ardi! Kamu sudah siap untuk hari pertama?" tanya Bu Lina dengan senyumnya yang lebar.
Ardi hanya mengangguk, tangannya erat memegang tangan Ibu.
Saat bel masuk berbunyi, semua murid masuk ke dalam kelas. Ardi duduk di bangku paling depan, matanya memandang dengan rasa ingin tahu pada papan tulis besar di dpannya. Ibu melambaikan tangan dari jendela dan perlahan menghilang dari pandangan.
Hari itu, Ardi belajar banyak hal. Ia belajar menulis huruf-huruf baru, menyanyi lagu tentang angka, dan menggambar pohon di kertas lukis. Namun, tidak semua pengalaman di hari pertama itu menyenangkan. Saat istirahat, ketika Ardi ingin bergabung dengan beberapa teman barunya di ayunan, seorang anak laki-laki mendorongnya dan berkata, "Ini tempatku, kamu cari tempat lain!"
Ardi terdiam, tidak tahu harus berbuat apa. Tapi dia ingat nasihat Ibunya, lalu mengambil napas dalam-dalam dan memilih untuk tidak bereaksi dengan marah. Sebaliknya, ia memilih ayunan lain dan mulai berayun sendirian.
Guru yang melihat kejadian itu, mendekati Ardi dan memujinya, "Aku bangga kamu memilih untuk tidak bertengkar, Ardi. Itu sangat bijaksana dari kamu."