Akhirnya, ia menyelesaikan gambar itu: sebuah pemandangan yang ia lihat dari jendela kamar tidurnya. Pohon-pohon, sungai kecil, dan gunung di kejauhan. Dia menunjukkannya kepada kakeknya dengan bangga.
Kakeknya memuji gambar itu, "Lihat, kamu telah belajar menggunakan alat sederhana untuk membuat sesuatu yang indah. Ingatlah selalu pelajaran pensil ini, dan kamu akan menjadi pelukis yang hebat suatu hari nanti."
Dari hari itu, Irfan tidak pernah melihat pensil biasa dengan cara yang sama. Baginya, itu bukan hanya alat untuk menggambar, tetapi juga simbol penting dari apa yang diperlukan untuk mencapai impian seseorang. Dan dengan setiap garis yang ia tarik, ia mengingat pelajaran yang diberikan oleh kakeknya. Setiap kali ia membuat kesalahan, ia tersenyum, menghapusnya, dan mulai lagi, tahu bahwa dalam setiap kesalahan ada pelajaran yang menunggu untuk dipelajari.