Mohon tunggu...
Penulis Senja
Penulis Senja Mohon Tunggu... Guru - Guru Honorer

Selamat Datang di Konten Blog saya, semoga dapat menghibur dan menginspirasi kalian semua. Silahkan tinggalkan jejak di kolom komentar untuk request cerpen, puisi, artikel atau yang lainnya. Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Coffee Clash - Spill the Beans [22]

2 Mei 2024   18:11 Diperbarui: 2 Mei 2024   18:12 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Setelah beberapa hari yang intensif dengan pelatihan dan pengembangan tim, suasana di Brew Classic kembali normal. Leo dan Ava sekarang menghadapi dilema yang lebih pribadi dan kompleks: bagaimana menghadapi kembali Alex dan tawarannya yang menggantung. Mereka memutuskan bahwa sudah saatnya untuk 'menumpahkan kacang'---membicarakan semua fakta dan perasaan mereka tentang situasi tersebut untuk mencapai keputusan bersama.

Suatu sore yang cerah, mereka duduk bersama di salah satu meja pojok kafe yang sudah tutup, dikelilingi oleh aroma kopi yang nyaman dan menenangkan. Leo mengambil beberapa lembar catatan dan dokumen yang telah ia dan Ava kumpulkan, termasuk proposal dari Alex dan catatan-catatan tentang pengalaman mereka berdua di masa lalu.

"Aku telah memikirkan banyak hal," Leo memulai, suaranya serius. "Alex pasti punya alasan kenapa dia ingin kembali sekarang. Kita perlu memutuskan apakah alasan itu cukup baik untuk kita pertimbangkan, atau apakah ini hanya akan membuka kembali luka lama yang seharusnya tetap tertutup."

Ava mengangguk, sambil meminum kopi latte yang baru saja dibuatnya. "Ya, dan aku juga telah berbicara dengan beberapa kontak lama di industri. Ada beberapa rumor tentang Alex dan etika bisnisnya yang membuatku khawatir. Aku tidak ingin kita terjebak dalam drama yang mungkin merusak apa yang sudah kita bangun di sini."

Keduanya membahas pengalaman pribadi mereka dengan Alex, mengevaluasi pro dan kontra dari bermitra dengannya lagi. Leo menjelaskan, dengan detail, bagaimana hubungan bisnis mereka yang sebelumnya berakhir buruk karena ketidakjujuran dan pengambilan keputusan yang buruk oleh Alex. Ava mendengarkan dengan seksama, memberikan umpan balik dan bertanya tentang aspek-aspek yang belum dia pahami sepenuhnya.

"Leo, aku tahu ini sulit bagimu," Ava berkata dengan lembut, menyentuh tangan Leo. "Tapi apa pun keputusan yang kita buat, aku ada di sampingmu. Kita perlu melindungi Brew Classic, tetapi lebih penting lagi, kita perlu melindungi hubungan kita dan nilai-nilai yang kita pegang teguh."

Setelah berdiskusi panjang lebar, mereka menyusun daftar keuntungan dan kerugian. Keuntungan termasuk jaringan dan sumber daya Alex yang bisa membantu Brew Classic berkembang lebih cepat. Namun, kerugiannya---risiko kerusakan reputasi dan potensi konflik---ternyata lebih berat.

Pada akhir pembicaraan, Leo menghela napas dalam-dalam. "Aku rasa, mendengar semua ini lagi, membuatku menyadari bahwa kita lebih baik tanpa dia. Kita bisa tumbuh dengan cara kita sendiri, dengan kecepatan kita sendiri, tanpa harus khawatir tentang apa yang mungkin disembunyikan Alex dari kita."

Ava mengangguk dengan perasaan lega. "Aku setuju, Leo. Aku bangga dengan cara kita mengatasi ini---dengan jujur dan terbuka satu sama lain. Mari kita terus dengan apa yang telah kita bangun, berdasarkan kepercayaan dan kualitas, bukan keserakahan atau ambisi yang merusak."

Dengan keputusan itu, mereka merasa lega. Mereka telah menjaga integritas Brew Classic dan hubungan mereka. Kini, dengan 'kacang' yang sudah ditumpahkan dan kejujuran yang menguatkan fondasi mereka, Leo dan Ava siap melanjutkan perjalanan mereka dengan lebih yakin dan optimis tentang masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun