Dalam hal ini dosen harus membantu mahasiswa menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku yang baik dalam bekerja sama yang bisa digunakan oleh mahasiswa dalam kelompok belajarnya.
Perilaku-perilaku tersebut termasuk kepemimpinan, pengembangan kepercayaan, berkomunikasi, menyelesaikan masalah, menyampaikan kritik, dan perasaan perasaan sosial. Dengan sendirinya mahasiswa dapat mempelajari dan mempraktikkan berbagai sikap dan perilaku sosial dalam suasana kelompok belajarnya.
h. Tindak Lanjut (Follow Up)
Setelah masing-masing kelompok belajar menyelesaikan tugas dan pekerjaannya, selanjutnya perlu dianalisis bagaimana penampilan dan hasil kerja mahasiswa dalam kelompok belajarnya,
termasuk juga: (a) bagaimana hasil kerja yang dihasilkan, (b) bagaimana mereka membantu anggota kelompoknya dalam mengerti dan memahami materi dan masalah yang dibahas, (c) bagaimana sikap dan perilaku mereka dalam interaksi kelompok belajar bagi keberhasilan kelompoknya, dan (d) apa yang mereka butuhkan untuk meningkatkan keberhasilan kelompok belajarnya di kemudian hari.
Oleh karena itu, guru harus mengevaluasi dan memberikan berbagai masukan terhadap hasil pekerjaan mahasiswa dan aktivitas mereka selama kelompok belajar mahasiswa tersebut bekerja.
Dalam hal ini, dosen harus memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengemukakan ide dan saran, baik kepada mahasiswa lainnya maupun kepada dosen dalam rangka perbaikan belajar dari hasilnya di kemudian hari.
i. Kepuasan dalam Belajar
Setiap mahasiswa dan kelompok harus memperoleh waktu yang cukup untuk belajar dalam mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilannya. Apabila mahasiswa tidak memperoleh waktu yang cukup dalam belajar, maka keuntungan akademis dari penggunaan cooperative learning akan sangat terbatas (Stahl, 1992).
Perolehan belajar mahasiswa pun sangat terbatas sehingga dosen hendaknya mampu merancang dan mengalokasikan waktu yang memadai dalam menggunakan model ini dalam pembelajarannya.
Konsep-konsep di atas dalam pelaksanaannya sering disalah mengertikan oleh dosen. Banyak di antara mereka yang menganggap bahwa dalam menggunakan model pembelajaran dengan cooperative learning cukup satu atau beberapa konsep dasar saja yang ditargetkan (Stahl, 1994). Hal ini menyebabkan efektivitas dan produktivitas model ini secara akademis sangat terbatas.