Mohon tunggu...
Javier M. Zuhrijadi
Javier M. Zuhrijadi Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

cogito ergo sum.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Adu Boikot Karya Bangsa

20 November 2018   15:38 Diperbarui: 20 November 2018   16:08 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cebong ramai-ramai boikot "Hanum dan Rangga", kampret ramai-ramai boikot "A Man Called Ahok". Keduanya adalah karya bangsa yang bagus, memiliki pesan dan kebaikan didalamnya. Namun justru kedua pihak saling menjatuhkan atas nama politik. Tidak heran, negeri ini sulit maju dalam hal paradigma.

Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa dikenal dengan nama "Ahok" dianggap ingin kembali naik ke panggung tanah air setelah vonis 2 tahun yang diterimanya pada tahun 2017 lalu terkait tindak pidana dalam pasal 156a KUHP. Sedangkan Hanum Salsabila Rais, anak tokoh reformasi Amin Rais diketahui turut berpartisipasi dalam menyuarakan "kebohongan terbesar" Ratna Sarumpaet yang sempat menggegerkan politik tanah air. 

Hanum memberikan pernyataan sebagai dokter mengenai wajah "bonyok" Ratna yang dipastikan bukan efek dari operasi plastik, namun bekas pengeroyokan. Dimana kemudian hari pernyataan tersebut menjadi boomerang karena justru Ratna sendiri lah yang mengaku bahwa ia telah berbohong.

Namun lepas dari persoalan politik tersebut (saya mengatakan persoalan politik karena memang seluruh akar masalahnya dari politik), apa sulitnya mengambil hikmah dan pelajaran kendati itu dari lawanmu? Dari bukan fraksimu? Bukankah Rasul mengajarkan hal itu? Ambillah pelajaran dari siapapun tidak memandang siapa orang tersebut selama kita mengambil kebaikan.

Sama halnya ketika anda mencontoh jiwa revolusi dan semangat juang dari seorang Che Guevara, tokoh komunis terkemuka. Atau meniru kesederhanaan seorang miliarder Mark Zuckerberg, juga sifat kerja keras dalam passion dari seorang Cristiano Ronaldo.

Tidak ada yang salah dari hal tersebut kawan, yang salah adalah cara pandangmu akan kehidupan. Yang salah adalah pola pikirmu yang terlalu terbatas. Buka itu semua kawan! Hidup terlalu sia-sia jika segala sesuatu didasari hanya pada kebencian dan permusuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun