Manusia diberi anugerah berupa perasaan, salah satunya adl rasa iba, empati, kasihan atau apalah sebutannya. namun manusia terkadang suka berlebihan, termasuk dalam menggunakannya perasaan tsb, iba kepada seseorang, kasihan dan akhirnya muncul rasa ingin membantu. saat melihat seseorang yg bernasib malang, muncullah niatan utk membantu.
melihat tukang ojek tua cari nafkah kita iba, ngojek yg seharusnya cuman bayar 30rb pun rela memberi ratusan ribu, sampai disini nampak fine2 aja, seperti ga ada masalah, toh apa salahnya memberi, membantu, berbagi
namun pernahkah anda berfikir lebih jauh lagi? tentang tepat atau tidaknya seseorang yg kita bantu! masih ingatkah kita tentang kasus darsem? seorang TKW bekerja di arab saudi yg sempat terancam hukuman pancung karena membunuh teman majikannya? namun ia dibebaskan, bahkan berkat the power of media, ia justru mendapatkan sumbangan yg digalang oleh salah satu TV swasta sebesar 1,2M, bayangkan...! lantas bagaimana darsem setelah mendapatkan sumbangan? jadilah ia janda milyarder merangkap OKB (orang kaya baru) yg angkuh, semua janji2nya sirna.
lalu bagaimana dgn kasus eyang subur dan arya wiguna? dimana drama dimulai seakan akan arya wiguna menjadi pihak terdzolimi, menuduh eyang subur menggoda dan merebut istrinya, dan setelah media mem blow up kasus tsb, hampir tiap hari si "Demi Tuhan" nampang di layar kaca, penonton di rumah terbawa alur drama yg dimainkan, namun aneh kasusnya seakan hilang begitu saja bersamaan job2 talkshow, acara tv, sinetron bahkan komedi yg ia bintangi, saat itu ia nampak seperti artis baru dan terbarukan, income mengalir deras, namun justru setelah kaya arya wiguna nampak aslinya, kemana larinya teriakan DEMI TUHAN yg penuh amarah itu? dan siapa tukang godain cewek orang? itulah faktanya, the power of media, sosmed
sama seperti kasus ibu yg kehilangan anak perempuannya sampai menyita empati netizen, eh malah keluarganya yg ngebunuh, kan ga lucu. yah, dua kasus diatas adl contoh apa yg pernah terjadi di indonesia, di luar sana justru lebih banyak lagi, dikehidupan kita sendiri dlm scope RT RW pun sangat sering terjadi, ada yg kesusahan, dibantu, eh setelahnya malah belagu. siapa yg salah? mereka yg dibantu kah? TIDAK... saya yakin orang2 susah yg membutuhkan bantuan sangatlah banyak, saya jg masih yakin mereka yg membutuhkan bantuan pastilah masih "ceker2" sebisanya utk menyambung hidup tanpa harus berharap belas kasihan. lantas siapakah yg salah.! mereka yg membantu kah? JUGA TIDAK.. karena saya yakin seyakin yakinnya mereka2 yg memiliki jiwa sosial tinggi (walopun tingkat narsis di jejearing sosialny juga ga kalah tinggi) membantu mereka yg dirasa membutuhkan dgn IKHLAS, tanpa berharap apapun, walopun nanti yg dibantu justru menusuk dr belakang pun mereka ikhlas.
lantas dimana letak kesalahannya.? kembali ke paragraf atas, salah satu yg pantas disebut sebagai biang kerok adl "reaksi yg berlebihan" ya reaksi yg berlebihan ketika menanggapi sebuah kasus, efeknya hampir sama seperti rasa fanatik, rasa cinta yg berlebihan. ga ada yg salah membantu bapak tua tukang ojek, bahkan sampe ada yg nawarin bantuan ini itu, dr wni yg di luar negeri mau bantu, bos kue nawarin kerja ke ojek tua dsb, tp coba kita lihat, tnp sadar kita hny terfokus pd si bapak ojek tua, kita lupa bahwa dlm area terdekat banyak sodara2 kita yg jg membutuhkan bantuan, jangankan punya motor buat ngojek, buat makan besok aja bingung apa yg dimakan.
begitulah kekuatan sosial media, media elektronik dsb memblow up sebuah kejadian, media berita online sama sekali tak memikirkan efek dr berita yg dipublikasikan, yg mereka pikir adl membuat judul semenarik mungkin agar banyak yg mengakses dan berharap utk di share ulang di jejaring sosial. disini saya tdk sedang mengkritik mereka yg sedang berbuat baik, krn ga ada yg salah dgn berbuat baik, mau setelah berbuat baik di upload di share itu juga ga ada masalah selama efeknya baik, jd bnyk yg tau n bnyk yg iba lalu saling membantu, tp bagaimana dgn mereka yg jg sangat membutuhkan bantuan, sodara kita, yg lebih dekat dgn kita, yg tdk sempat terBlow up oleh media, bagaimana?
apakah akan tetap seperti ini? seperti DADU yg tlah dilempar, untung2an, yg bejo yg dibantu. apakah harus menunggu blow up dr media agar kita semua tergerak utk saling membantu? jika ya, maka tak apalah, asal bantuan kita sampai kepada mereka yg benar2 membutuhkan dan kpd mereka yg benar2 PATUT utk dibantu, jgn sampai ada darsem darsem yg lain, jgn sampai ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H