"Oh, orang sakit ya mas," katanya dengan raut muka cerah. Nampak begitu senang bisa mengerti maksud saya.
Jalan terus saja mas, lanjutnya. Sampai rumah warna orange itu sampeyan belok kanan ya. Rumahnya yang ada tokonya. Kasihan mas, orangnya cacat, pungkasnya.
Diatas adalah kutipan pembicaraan saya dengan seorang warga Kota Malang. Istilah difabel dan disabilitas ternyata belum semua orang tahu, karena kurangnya sosialisasi. Bahkan sebagian masyarakat menyebut sebagai orang sakit dan cacat.
Perlu kita tahu, bagi difabel sebutan difabel lebih disukai daripada penyandang disabilitas. Dan sebagian besar dari saudara kita tersebut akan sedih bahkan drop ketika dipanggil cacat. Karena cacat itu artinya barang yang yang rusak atau dibawah standar.
Setiap orang berpotensi menjadi penyandang disabilitas, mungkin beberapa menit kedepan, esok atau lusa. Karena usia, penyakit, kecelakaan atau musibah lainnya.
Seperti obrolan saya dengan pegawai humas di kantor DPRD, soal tidak adanya lift bagi difabel ke lantai dua.
"Ya pak, untuk lift saat ini sedang dalam pembahasan, karena bapak-bapak dewan sebagian sudah mulai kena penyakit gula," jawabnya. (Ken)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H