Mohon tunggu...
Yafaowoloo Gea
Yafaowoloo Gea Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pencinta Traveling, Pemerhati Wisata & Budaya Nias

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Korban DS Bukan Hanya 3 Perempuan Namun (Ternyata) Ada Juga Pria

28 Maret 2013   01:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:06 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1364408557601927171

[caption id="attachment_234971" align="aligncenter" width="273" caption="Ilustrasi DS"][/caption]

Memiliki jabatan yang tinggi, pengaruh dan relasi yang kuat, serta harta yang melimpah merupakan hal pemicu pria DS untuk meninggalkan istri dan anak-anaknya. Setelah penyelidikan lebih jauh terungkap bahwa ketidakharmonisan rumah tanggalah yang menjadi pemicu utama pria DS mencari wanita lain sebagai pelariannya.

Fakta menunjukkan bahwa korban DS ini bukanlah hanya perempuan saja, namun banyak juga kaum pria yang mengalami hal sama. Harta dan Jabatan ternyata bukanlah pemicu utama, namun Ketidakharmonisan rumah tangga, hilangnya kemesraan, kurangnya perhatian dan sifat tidak mau mengalah lebih mendominasi alasan pria atau wanita untuk Doyan Selingkuh (DS). Sering kita dengar atau baca bagaimana seorang majikan selingkuh dengan sekretaris atau pembantunya, maupun sang nyonya selingkuh dengan supir pribadi atau tukang kebunnya. Perselingkuhan seringkali terjadi dengan orang-orang terdekat, baik di tempat kerja maupun rumah.

Pastinya banyak yang bertanya kenapa hal ini bisa terjadi? Apa sih enaknya selingkuh dengan sekretaris, pembantu, supir pribadi atau tukang kebun? Survey membuktikan bahwa keinginan untuk diperlakukan spesial, dihargai dan dihormati, diperhatikan, dilayani, sering disanjung dan diperlakukan dengan mesra adalah hal yang selalu dcari setiap orang. Sehingga bila pasangan lupa dan tidak bisa lagi memenuhi supply atas demand di atas maka besar kemungkinan pasangan yang tidak dapat menahan diri akan mencari subtitution yakni “Mencari Selingkuhan Yang Mampu Memperlakukan Mereka Layaknya Raja/Ratu”.

Seringkalimasa-masa manis dan indah itu dirasakan hanya pada waktu pacaran saja, semua memperlakukan pasangannya dengan “pelayanan prima ” sekalipun (kadang) tidak “setulus hati” . Namun setelah memasuki bahtera rumah tangga, pelayanan prima tadi sudah diambil-alih oleh pembantu, supir pribadi, tukang kebun, sekretaris dan orang lain. Alasannya adalah sibuk bekerja, mengurus anak atau capek. Pernahkah kita sadari bahwa hal tersebut telah menciptakan jarak yang sangat besar dengan pasangan kita masing-masing?

Sebagian besar orang bila telah berumah tangga telah kehilangan sisi romantisnya, telah kehilangan kata-kata sayang, dan yang tersisa adalah sifat pemarah dan memperlakukan pasangannya hanya sebagai teman tidur saja ketika kebutuhan biologis ingin disalurkan. Seringkali masalah sepele berbuah bentakkan dan pertengkaran, yang akhirnya membuat masing-masing tidak merasa nyaman di rumah dan mencari pelarian di luar. Dahulu sanjungan sering diberikan kepada pasangan, sekarang telah beralih kepada sekretaris, pembantu, tukang kebun ataupun orang lain. Yang dahulu suka mengalah dan cepat meminta maaf sekalipun tidak salah, sekarang saling mempertahankan ego dan tidak mau mengalah.

Hai Suami/istri, Jangan biarkan pasanganmu menjadi DS. Masa lebih sering menyanjung orang lain daripada pasangan sendiri? Masa lebih akrab dengan pasangan orang lain daripada pasangan sendiri? Masa lebih mudah meminta maaf kepada orang lain dari pada pasangan sendiri? Jangan biarkan orang lain merebut kasih sayang dan perhatian yang kita berikan kepada pasangan. Ingat dulu masa-masa pacaran, kemana semua kemesraan itu? Pasangan kita butuh disanjung, dihargai, dihormati, diperlakukan bak raja dan ratu. Bila itu sudah Anda lakukan, yakinlah korban DS pasti akan berkurang.

SAY NO TO DS, TO SAVE MARRIAGE!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun