Mohon tunggu...
Yafaowoloo Gea
Yafaowoloo Gea Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pencinta Traveling, Pemerhati Wisata & Budaya Nias

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Lompat Batu Pulau Nias, Antara Seni Pertunjukan dan Maut

15 Maret 2014   23:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:53 1699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_326726" align="aligncenter" width="318" caption="Ilustrasi/Admin (kompas.com)"][/caption]

"Wow.... Sugoi desu ne"

"Amazing.... Wonderful! Luar Biasa...."

Demikian ungkapan rasa takjub orang-orang dari luar Pulau Nias ketika menyaksikan atraksi Hombo Batuatau yang dikenal dengan sebutan Lompat Batu dari Pulau Nias. Baik itu yang disaksikan secara langsung maupun melalui video yang sudah banyak beredar.

[caption id="attachment_326725" align="aligncenter" width="300" caption="Hombo Batu (Lompat Batu) Nias (Doc. Melanie Eka)"]

13949063151294121836
13949063151294121836
[/caption]

Tidak bisa dipungkiri bahwa atraksi lompat batu ini telah menjadi seni pertunjukkan yang fenomenal yang kehadirannya selalu dinanti dalam setiap acara bertemakan tentang Nias. Bahkan atraksi ini telah menjadi icon pulau Nias bahkan Sumatera Utara, sehingga tidak salah bila diabadikan dalam pecahan uang kertas seribu rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada tahun 1992. Bahkan beberapa perusahaan menggunakan atraksi lompat batu ini dalam iklan produknya.

[caption id="attachment_299223" align="aligncenter" width="300" caption="Gambar Lompat Batu pada uang kertas Pecahan 1000 Rupiah"]

1394875882106576470
1394875882106576470
[/caption]

Berkunjung ke Nias, tidaklah lengkap rasanya bila tidak menyaksikan atraksi lompat batu yang fenomenal ini serta berfoto bersama para pelompat berseragam prajurit khas Nias dengan latar susunan batu setinggi 215 cm di belakang kita. Pengunjung juga bisa sambil mengenakan baju adat khas Nias dengan meminjamnya dari para pelompat. Bahkan ada ungkapan yang berkata bahwa:

"Jangan mengaku pernah berkunjung ke Nias bila tidak menyaksikan atraksi lompat batu di Desa Bawomataluo". Seolah menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bila dapat langsung menyaksikan atraksi budaya unik yang hanya terdapat di pulau Nias ini.

[caption id="attachment_299224" align="aligncenter" width="300" caption="Foto bersama pelompat batu dengan latar batu bersusun (Doc. Melania Eka)"]

13948760632007509568
13948760632007509568
[/caption]

Atraksi lompat batu ini dapat disaksikan di desa Bawomataluo (silakan baca tentang desa Bawomataluo diSINI), sebuah perkampungan tradisional yang sudah berumur ratusan tahun yang terletak di atas puncak bukit yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Nias Selatan. Daerah ini dapat dijangkau selama 2,5-3 jam dengan menggunakan kendaraan bermotor dari pusat Kota Gunungsitoli. Untuk menyaksikan atraksi ini, pengunjung harus membayar antara Rp. 100.000-150.000 setiap kali lompatan. Namun demikian, atraksi ini dapat disaksikan secara gratis pada saat pelaksanaan festival Bawomataluo yang biasanya diadakan pada bulan Juni setiap tahunnya atau juga pada saat penyambutan tamu penting oleh pemerintah daerah.

Memang biaya tersebut dianggap cukup membebani para wisatawan yang ingin menonton atraksi tersebut, namun bila dibandingkan dengan resiko yang harus dihadapi para pelompat serta kepuasan yang didapatkan ketika telah berhasil menyaksikannya, nilai yang dibayar tersebut tidaklah seberapa. Para pelompat ini tidak memiliki asuransi, sehingga bila salah sedikit, sempat terpeleset ataupun tersandung maka ancaman kecelakaan tidak terelakkan dan harus ditanggung sendiri oleh pelompat. Sejauh ini memang tidak pernah terjadi kecelakaan yang berarti ketika atraksi berlangsung di Bawomataluo karena para pelompatnya sudah terlatih dan ahli dalam melakukannya. Namun pernah terjadi sebuah kecelakaan yang berakibat patah tangan yang dialami oleh salah satu mahasiswa Nias yang kuliah di salah satu Universitas swasta di Pulau Jawa ketika hendak melakukan atraksi lompat batu ini. "Kondisi fisik dan mental harus benar-benar fit ketika mau melompat agar terhindar dari kecelakaan", ujar salah satu pelompat pada saat kunjungan di sana.

Sebagai Lambang Kedewasaan dan Latihan ketangkasan di Masa Lampau

Ketika sedang kuliah di Kota Medan beberapa tahun yang lalu, beberapa teman non-Nias sering bertanya "Kamu bisa lompat batu nggak?". Saat mendengar bahwa aku tak bisa lompat batu maka mereka berujar "Berarti aku masih belum bisa kawin lah ya...".

Saat itu aku tidak tahu apa hubungannya antara bisa lompat batu dan perkawinan, dan juga ada asumsi orang luar bahwa semua orang Nias bisa lompat batu. Akhirnya, seiring dengan berjalannya waktu serta menanyakan langsung kepada beberapa teman yang berasal dari Nias Selatan akhirnya aku mendapatkan jawabannya serta meluruskan asumsi yang berkembang selama ini.

Di masa lalu, di daerah Teluk Dalam (Nias Selatan) ketika perang antar kampung masih terjadi dan tradisi berburu kepala masih ada maka di sanalah lompat batu (FahomoboatauHombo Batudalam bahasa Nias) diciptakan sebagai ajang untuk menguji fisik dan mental anak-anak muda di Nias sebelum memasuki usia dewasa. Setiap pria dewasa yang ikut perang harus lulus ujian lompat batu terlebih dahulu.Kemampuan dan ketangkasan melompat batu juga masih dikatikan dengan kepercayaan pada masa itu. Seseorang yang baru belajar melompat batu, terlebih dahulu memohon restu dan doa kepada roh-roh para pelompat batu yang telah meninggal. Ia musti memohon izin kepada arwah para leluhur yang sering melompati batu tersebut. Tujuanya untuk menghindari kecelakaan atau bencana bagi para pelompat ketika sedang mengudara, lalu menjatuhkan diri ke tanah. Sebab banyak juga pelompat yang gagal dan mendapat kecelakaan.

[caption id="attachment_299225" align="aligncenter" width="300" caption="Lompat Batu (Doc. Barry Kususma)"]

139487627452858484
139487627452858484
[/caption]

Maka ketika peperangan antar kampung terjadi yang biasanya dipicu karena masalah perbatasan tanah, perempuan ataupun masalah lainnya maka para prajurit yang menyerang harus mempunyai keahlian melompat untuk menyelamatkan diri mengingat setiap kampung dulunya rata-rata dikelilingi oleh pagar dan benteng. Mereka harus mampu melompat pagar atau benteng desa sasaran yang terbuat dari bebatuan yang disusun atau bambu supaya tidak terperangkap di daerah musuh.Itu juga sebabnya perkampunya di daerah Nias didirikan di atas bukit dengan tujuan agar musuh tidak gampang masuk dan tidak cepat melarikan diri. Para pemuda yang selamat dari perangkap musuh itulah yang kemudian akan pulang ke kampungnya dengan segala kehormatan dan dielu-elukan sebagai pahlawan.

Demikianlah ulasan tentang lompat batu fenomenal dari pulau Nias yang selalu dinanti dan menjadi primadona dalam setiap acara pertunjukkan budaya Nias.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun