Harimu ditentukan oleh bagaimana kamu di pagi hari.
Saya pernah menjadi night owl yang jauh lebih produktif di malam hari dan istirahat disiang hari. Namun beberapa bulan kebelakang, saya menjadi manusia pada umumnya yang produktif di pagi hingga menjelang sore, dan beristirahat dimalam hari. Bukan bermaksud untuk menjustifikasi bahwa night owl bukan manusia yang pada umumnya, tapi memang manusia mempunyai pola yang berbeda dan sepertinya manusia yang produktif di siang hari jumlahnya lebih banyak di muka bumi ini.
Dulunya saya jauh lebih produktif di malam hari. Saya tipe orang yang tidak terlalu suka berisik, tapi tidak bisa bekerja jika terlalu hening. Malam hari bagi saya adalah waktu yang tepat untuk bekerja karena bising hingar bingar manusia lebih minim dibanding siang. Nah, untuk mengisi keheningan saya biasa memutar music. Disitu saya merasa focus 100% pada pekerjaan saya.
Sebab pola lingkungan yang drastic berubah, saya juga harus melakukan adaptasi yang salah satunya adalah merubah pola hidup. At the end of the day, saya mulai menikmati bekerja disiang hari, dengan menghindari kebisingan, namun tetap mendengarkan music. Dalam kebiasaan akan pola yang baru, saya menemukan pola lagi tentang keajaiban pagi hari.
Saya me-riset diri saya dengan cara mensugesti diri. Sugesti itu melalui apa yang saya dengarkan ketika pagi. Kebetulan saya adalah penggemar berat podcast dan music genre apapun (sayangnya saya tidak bisa bermain alat music apapun, suara-pun sangat fals). Ketika saya mendengarkan podcast bicara tentang kesedihan dan music yang mendayu-dayu, maka berantakanlah hari saya. Rasanya hidup ini tidak punya motivasi dan sangat malas untuk mengerjakan apapun. Sebaliknya, jika mendengarkan podcast yang menstimulasi pikiran saya, yang membangun mood positif dan music yang penuh semagat, justru motivasi hidup pada hari itu onfire, dan siap nge-gas pekerjaan apapun.
Tentang apa yang saya dengarkan di pagi hari nyatanya menjadi trigger dalam melipatgandakan motivasi. Terbukti, saya yang menjadi night owl telah kalah telak dalam hal produktivitas dibanding saya yang morning person. Saya pikir, kurangnya produktivitas saya pada saat saya menjadi night owl disebabkan tidak adanya trigger motivasi sebagaimana yang saya biasakan saat menjadi morning person. Saya tidak punya  rule tentang kapan waktu yang tepat untuk membangun motivasi. Dampaknya, tidak jarang saya bekerja dengan mengandalkan mood saja, yang hasilnya tentu akan jauh dari kata optimal.
Atas temuan atas diri saya sendiri, saya merasa pagi sangat ajaib. Bagaimana tidak, apa yang saya lakukan pada sejam dua jam di pagi hari ternyata sangat menentukan hidup saya pada 8-12 jam setelahnya. Mungkin, pola yang seperti ini bisa dicoba oleh sesama morning person.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H