Mohon tunggu...
Wahyu Jatmiko
Wahyu Jatmiko Mohon Tunggu... Administrasi - The Seeker

Musik, membaca, menulis, fotografi, videografi, hal-hal yang selalu kucari di saat-saat senggangku....

Selanjutnya

Tutup

Money

Makanan Luar "Lebih Berkelas?"

13 Februari 2012   13:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:42 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1329140014371363358

[caption id="attachment_162532" align="alignleft" width="210" caption="Hoka Hoka Bento"][/caption]

Beberapa hari yang lalu saya mencoba masakan Jepang di Hoka Hoka Bento. Rasanya rame. Ada asin, masam, manis, gurih, aneka rasa ada dalam makanan tersebut. Pengunjung gerai inipun sangat ramai. Yang datang juga berasal dari berbagai kalangan masyarakat, bahkan beberapa pelajar pun terlihat makan di tempat ini meski harga untuk saku pelajar mungkin masih tinggi.

Hal yang sama dapat kita lihat di gerai-gerai makanan Itali, seperti Pizza Hut. Harga tergolong menengah, tapi pengunjungnya pun sampai antri. Belum lagi di gerai-gerai makanan produk Amerika seperti: KFC, McDonald; selalu penuh dengan pengunjung yang biasanya keluarga, atau serombongan anak-anak muda.

Sebenarnya negeri kita juga kaya akan produk dan jenis makanan, seperti: Gado-gado, Cendol, Siomay, Bakso, Kerak Telor, Soto, Rujak, Sate, Nasi Campur, dan masih ratusan lagi. Kita pun sering mampir untuk mengkonsumsi makanan produk dalam negeri tersebut, disamping harganya juga lebih murah dibanding makanan-makanan dari luar, kita juga sudah terbiasa dengan menu-menu tersebut.

Namun ada yang kurang dalam kemasan makanan tradisional Indonesia, yaitu: Kemasan. Anak-anak muda akan merasa bangga jika sudah pernah makan di KFC, Hoka Hoka Bento, McDonald, atau Pizza Hut. Sebaliknya mereka akan merasa biasa saja jika makan di warung sate, rawon, tongseng, atau di depot soto, bakso, atau gado-gado. Tidak ada kebanggaan tersendiri. Anak-anak muda akan lebih memilih menghabiskan waktu bersama orang tercinta di "KAFE" daripada di warung kopi meski esensinya sebenarnya sama. Dan semua itu sebenarnya adalah masalah kemasan. Bangga jika sudah pernah menikmati makanan dari luar negeri dan biasa saja dengan makanan dalam negeri.

Mungkin itu bisa terjadi karena sudah terbiasa dengan menu-menu dalam negeri, namun bisa juga terjadi karena makanan dari luar negeri dianggap lebih berkelas daripada makanan negeri sendiri. Makanan dari luar terkesan lebih modern dan berkelas, sementara produk dalam negeri terkesan kampung, udik, tidak berkelas.

Jika dalam hal makanan saja sudah cenderung mendewakan produk luar, maka kapan kita bisa bangga dengan produk negeri sendiri?

***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun