Sore itu saya kedatangan seorang tamu yang mengejutkan sekaligus bagi saya menakutkan. Tamu saya tersebut memiliki reputasi yang cukup menakutkan bagi siapa saja yang mengenalnya. Bisa dikatakan segala jenis perbuatan yang tidak pantas bagi masyarakat sudah pernah dilakukannya. Mulai dari memalak orang, bertarung, menghajar orang tanpa alasan yang jelas, mabuk-mabukan, main perempuan, mencuri, merampok, dan aneka jenis kejahatan lainnya. Penjara bukan lagi tempat yang asing baginya.
Dengan agak kaku saya menanyakan kabar kehidupannya, tentu saja dengan kata-kata yang saya pilih dengan hati-hati karena takut dia tersinggung. Bayangan reputasinya yang menyeramkan masih menghantui diri saya. Tato di lengan tangannya dan wajahnya yang keras masih dapat dilihat dengan jelas. Ia datang mengenakan celana jeans dan kaos hitam, di antara jari telunjuk dan jari tengahnya terselip sebatang rokok yang belum disulut.
"Apa aku boleh merokok di sini?" Tanyanya kalem.
"Gak masalah..." Jawabku.
Sambil terus ngobrol saya masih penasaran apa kira-kira tujuannya datang ke rumah saya. Namun saya sengaja tidak menanyakannya, bahkan saya cenderung menanyakan hal-hal yang tidak ada sangkut-pautnya dengan masa lalunya. Saya ajak dia ngobrol soal pekerjaan, keluarganya, dll.
Setelah kira-kira hampir lima belas menit kami mengobrol, barulah saya sadar bahwa tamu saya ini sekarang sudah berubah total. Gaya bicaranya kalem, tenang, sopan. Dia juga tidak sedikitpun menunjukkan sikap kasar dan mengintimidasi seperti dulu. Bahkan bisa dikatakan, dia lebih banyak memberikan nasihat-nasihat terselubung dalam tiap omongannya.
Dia lalu menceritakan pada saya betapa dia sangat mencintai anak dan istrinya. Betapa dia begitu peduli dan perhatian pada keluarganya. Dia juga mengatakan bahwa dia akan berusaha bekerja mati-matian agar anaknya bisa melanjutkan ke perguruan tinggi dan juga mengungkapkan keinginannya untuk memiliki sebuah rumah sendiri. Pekerjaan apa saja dilakukannya, mulai dari tukang batu, jualan nasi goreng, penjaga malam, dan buruh tani.
"Aku lakukan apa saja demi anakku, yang penting halal..." Katanya.
Setelah ngobrol kurang lebih satu jam, saya benar-benar yakin bahwa dia sudah berubah. Dia adalah sosok pribadi yang baru. Entah ada hal apa yang membuatnya berubah saya juga tidak tahu, dan tidak saya tanyakan. Andai anda ada di sana saat itu, anda tidak akan mengira kalau masa lalunya begitu hitam.
Tiap orang berhak untuk berubah! Tentu saja atribut masa lalu masih menempel bagi orang-orang yang mengetahui masa lalunya. Tapi hak untuk berubah adalah hak pribadi setiap orang dengan segala resikonya. Ada yang suka dengan perubahannya, namun ada juga yang tidak suka.
Di ujung pembicaraan akhirnya dia mengungkapkan bahwa maksud kedatangannya hanyalah ingin mengunjungi dan mengetahui kabar saya. Tentu saja hal ini sangat membuat saya heran. Selama ini saya hanya sebatas menegurnya, tidak pernah ngobrol secara mendalam karena saya takut dengan dia. Namun jika saya ingat-ingat, memang selama ini dia tidak pernah berbuat usil kepada saya, bahkan dia cenderung menghormati. Entah apa yang membuatnya bersikap seperti itu. Tapi sudahlah, itu tidak penting lagi, dengan melihatnya berubah sungguh hal yang begitu membahagiakan bagi saya.