Mohon tunggu...
Jatu Megantari
Jatu Megantari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Teknologi Pangan Undip 2017

food technologist

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Popokan Warga Desa Sendang Tetap Lestari Meskipun di Tengah Pandemi

12 September 2020   15:35 Diperbarui: 12 September 2020   15:39 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Sendang (11/09) -- Warga Desa Sendang, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang melaksanakan tradisi desa bernama "Popokan". Arti dari Popokan itu sendiri adalah melempar. 

Meskipun dalam situasi pandemi virus Covid-19, Popokan Desa Sendang tetap dilaksanakan meskipun tidak ada karnaval antar RT seperti biasanya, dan hanya dilakukan oleh perangkat-perangkat desa.  Popokan sendiri biasanya dilaksanakan setelah panen kedua atau sekitar bulan Agustus atau September pada hari Jumat Kliwon.

Serangkaian acara Popokan tahun 2020 diawali dengan mengarak sesaji bersama topeng Harimau, dan iringan alat musik tradisional dimulai dari kediaman Kepala Dusun Sendang hingga ke Balai Desa Sendang. 

Setelah sampai di Balai Desa dilaksanakan doa bersama bertujuan untuk keamanan dan keselamatan Desa Sendang. Kemudian sesaji diperebutkan oleh warga desa, dan dilanjutkan dengan pelemparan lumpur sawah sebagai tanda dimulainya Popokan. Popokan dinyatakan selesai apabila terdengar bunyi sirine atau alarm.

Dokpri
Dokpri
Popokan merupakan budaya Desa Sendang yang sudah dilestarikan sejak dahulu kala. Sejarah adanya Popokan yaitu pada jaman dahulu saat warga desa ingin membangun saluran irigasi, yang mana tempat tersebut dekat dengan hutan yang ditinggali oleh Harimau. 

Harimau tersebut tidak bisa diusir dengan cara apapun. Dan suatu saat sesepuh desa mengatakan bahwa harimau bisa pergi dengan memberikan sesaji berupa membuatkan bubur bekatul, olahan ayam, burung dan ikan-ikan hasil buruan sungai di Desa Sendang, serta melempari harimau tersebut dengan lumpur sawah.

Berdasarkan sejarah tersebut hingga saat ini tradisi Popokan tetap dilaksanakan meskipun berada di tengah pandemi. 

"Dahulu pernah tidak dilaksanakan ritual Popokan, dan setelah itu tanggul yang berada di sungai Desa Sendang putus sepanjang 100 meter. Jadi, kami pemerintah Desa Sendang tidak mau dan tidak berani melanggar tradisi tersebut. Jadi, Popokan tetap dilaksanakan meskipun tidak meriah dan tetap mengikuti protokol kesehatan", ujar Bapak Yanto selaku Ketua Panitia Acara Popokan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun