Hafshoh adalah seorang wanita yang berpendirian keras yang tidak menyukai kepura-puraan yang tidak sesuai dengan hati dan kehendaknya.
Suatu hari, Rasulullah menyendiri dengan Mariah di kamar Hafshoh. Melihat ini hati Hafshoh terluka dan mengatakan sesuatu yang tidak pantas dikatakan dihadapan Rasulullah, tapi Rasulullah tidak marah dan terharu dengan keadaan Hafshoh. Beliau membujuk Hafshoh dan memintanya untuk merahasiakan peristiwa ini. Dan sejak itu Rasulullah berjanji Mariah haram baginya sekarang.Â
Hafshoh menerima dengan lapang dada. Keesokan hari saat makan siang, Hafshoh duduk dekat Aisyah dan tidak tahan menyimpan rahasia. Hafshoh menceritakan kejadian semalam kepada Aisyah. Â Hal inilah yang menyulut bara dalam rumah tangga Rasulullah, yang tidak disadari Hafshoh. Persekongkolan kedua istri inilah yang menyebabkan turunnya ayat-ayat dari surat at-Tahrim.
Dalam kitab Shahihain menerangkan bahwa yang menyebabkan turunnya ayat-ayat At Tahrim adalah Rasulullah yang mengharamkan dirinya meminum madu yang diberikan Hafshoh kepadanya, sebab madu tersebut dikatakan Aisyah dan beberapa istri Rasulullah (Saudah, Shafiyyah) sebagai maghafir, yang bisa berarti tuak atau legen dari aren.
Rasulullah marah sekali dan mengurung diri di kamar. Karena peristiwa tersebut menurut Ibnu Hajar, Rasulullah menjatuhkan talak satu kepada Hafshoh, namun akhirnya ruju' kembali.
Dalam masalah ruju' ini ada beberapa riwayat, salah satunya mengatakan karena Rasulullah kasihan pada Umar. Ketika itu Umar menaburkan tanah diatas kepalanya dan berkata,"Allah tidak akan menghiraukan Umar dan putrinya lagi setelah ini..." dengan nada menyesal. Kemudian Jibril datang, memerintahkan, "Allah memerintahkanmu kembali kepada Hafshoh sebab kasihan pada Umar". Dalam riwayat lain, Jibril datang pada Rasulullah dan berkata,"Kembalilah kepada Hafshoh, sebab dia adalah wanita yang tekun menjalankan sholat malam, selalu berpuasa dan dialah istrimu kelak di surga".
Peninggalan yang Berharga
Setelah Rasulullah wafat, hafshoh diamanahi tugas oleh Abubakar yang saat itu menjadi Khalifah sebagai penyimpan Mushaf Al Qur'an. Pada kekhalifahan Ustman, mushaf yang disimpan Hafshoh diresmikan sebagai Mushaf Ustmani dan disebar keseluruh dunia guna menyamakan bacaannya. Hafshoh juga seorang yang meriwayatkan beberapa hadits dari Nabi, dan dari ayahnya Umar yang kemudian diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar begitu juga puteranya Hamzah dan para Tabi'in.
Referensi :
- Istri-istri Nabi SAW, Prof. Dr. Aisyah Abdurrahman, Pustaka Mantiq, April 1993
- Istri-Istri Rasulullah, Gema Insani Press
- Bidadari dan 10 Wanita Penghuni Surga, Dr. Mustafa Murad, Penerbit Cendikia, Oktober 2004
Desember 2005
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H