Mohon tunggu...
Jatra Riwayanto
Jatra Riwayanto Mohon Tunggu... -

Jatra Riwayanto lahir di sebuah kota kecil pada tahun 1982. Sejak kecil dia hidup berpindah-pindah. Mulai dari lahir di Probolinggo, Lampung, Yogyakarta, Depok, Jakarta dan saat ini di Serpong.\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Egois: Sebuah Penyakit Berbahaya

16 Februari 2012   06:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:35 1409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan Kamus Besar egois berarti: orang yg selalu mementingkan diri sendiri.

Berikut beberapa contoh dari sikap egois:

Parkir kendaraan sembarangan.
Semalam saya berkeliling bersama sorang rekan. Dia yang membawa kendaraan, saya tinggal duduk santai di sebelahnya. Suatu ketika kami melewati jalan yang cukup sempit, hanya pas untuk satu kendaraan(mobil) pada setiap arah. Saat melewati jalan ini, terdapat banyak kendaraan diparkirkan di pinggir jalan. Akibatnya apa? Sering kali kami harus bergantian dengan kendaraan dari arah yang berlawanan. Tentu hal ini sangat mengganggu para pengguna jalan. Lebih menjengkelkan lagi adalah saat ada kendaraan terparkir, di mana pengemudinya dengan santai duduk-duduk di dalam mobil, dan jalanan menjadi sedikit macet karena nya. Ah, betapa dia tidak memikirkan kepentingan umum!

Makan bukan pada tempatnya.
Ini contoh lainnya. Kejadiannya di ruang keja, terjadi selama dua hari berturut-turut.
Ruangan kerja di mana saya bekerja adalah ruangan yang terbuka, terdiri dari meja-meja yang memanjang. Untuk para manajer terdapat kubikal-kubikal di pinggir ruangan. Selain itu juga terdapat ruangan meeting yang tertutup. Nah, masih ada satu lagi ruangan yang tertutup, yaitu ruangan direktur dan owner. Kemarin siang, setelah lewat jam istirahat siang, kami memasuki ruang kerja dengan suasana yang berbeda.
Apakah yang berbeda?
Ah, ternyata ada aroma buah durian yang semerbak. Begitu harum memenuhi seluruh ruangan, saking dasyatnya, aroma itu tercium sampai di dalam laci-laci meja.
Siapakah gerangan yang sedang memakan buah durian?
Ternyata owner perusahaan!
Memang, dia memakan buah durian di ruangannya sendiri, tertutup rapat. Tetapi tetap saja bau buah durian sanggup keluar dari ruang kerjanya itu dan menyebar ke ruang-ruang yang lain.
Memang sekarang sedang musim buah durian. Mereka mulai dijajakan di pinggir-pinggir jalan.
Tetapi haruskah menikmatinya di tuang kerja?
Akibatnya semua orang "harus" menghirup aromanya. Masalahnya, tidak semua orang menyukainya! Ada yang pusing atau mual, bahkan muntah bila mencium aroma buah durian.
Saya sendiri sampai titik tertentu masih dapat menikmatinya, tetapi jika sudah berlebihan itu membuat saya pusing. Sangat pusing!
Betapa sangat tidak bijaksana-nya sang owner, hanya dengan makan buah durian, dia telah "menyiksa" banyak orang. Akibatnya kinerja karyawan terganggu!

Merokok di ruang publik.
Ini sangat menyebalkan! Saya tidak suka asap rokok! Begitu banyak orang yang merokok di tempat umum, meskipun di tempat tersebut ada larangan merokok.
Mereka mengabaikannya dengan sangat sengaja! Huh!
Betapa para perokok ini tidak berpikir, bahwa tidak semua orang suka asap rokok. Bahwa mereka telah menjajah kebebasan dan hak orang lain untuk bernafas, menghirup udara yang bebas asap rokok.

Masih banyak contoh lain dari sikap egois ini.
Orang yang egois pada dasarnya tidak berpikir akan tindakan dan perbuatannya. Apakah perbuatannya mengganggu kepentingan umum atau orang lain. Bahkan sekalipun mereka mengetahuinya, mereka begitu bebal dengan tetap mengabaikan kepentingan umum. Demi apa? Demi memuaskan dirinya sendiri.
Sungguh, sikap egois ini sangat berbahaya.
Pada contoh-contoh di atas, sikap egois "hanya" mengakibatkan korban yang tidak "seberapa".
Bagaimana dengan sikap egois yang lainnya?

Korupsi.
Salah satu buah dari sikap egois. Ini memakan korban yang jauh lebih besar, bahkan nyawa manusia!

Aborsi.
Demi kesenangan pribadi dan tidak mau bertanggung jawab, nyawa melayang.

Sikap egois bila kita biarkan, dia akan bertumbuh kembang dalam hati kita.
Bagaimana caranya agar sikap ini tidak bertumbuh? Dengan kita menjaga hati kita.
Ambilah waktu untuk evaluasi dan berpikir.
Apakah tindakan dan perbuatan kita mengorbankan kepentingan umum(orang lain).
Jika ya, hentikan kebiasaan itu.

Salam,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun