Setelah terbengkalai sekitar dua tahun, proyek restorasi motor tua peninggalan ayah akhirnya tuntas pertengahan Agustus kemarin. Maka jadilah sebuah motor tril berkonsep vintage. Belakangan ini motor tril klasik memang sedang jadi tren di kalangan penggila offroad roda dua. Saya termasuk yang terbawa arus tren itu. Awalnya saya pengguna dirtbike pabrikan, sekarang beralih haluan jadi anggota Geng Tril Tua.
Proyek restorasi motor tua yang sudah lama mangkrak itu menghabiskan dana tidak lebih dari sepuluh juta rupiah. Konsepnya dibuat sederhana, tapi tetap memperhatikan secara saksama segi kenyamanan dan keamanan saat dibawa menjelajah medan offroad. Meski menghabiskan biaya tak lebih dari sepuluh juta rupiah, saya bertekad merangkai miliaran cerita bersama motor tril tua yang dikasih julukan Si Brandal ini.
Si Brandal memang bukan motor garuk tanah pertama yang mengisi garasi rumah, tapi kehadirannya sangat istimewa karena saya sudah lama memendam obsesi bertualang menunggangi tril tua. Bahkan sebagai sarana pendukung eksistensi, sejak jauh hari saya sudah membuatkan Si Brandal akun Instagram @brandaltriltua.
Dan untuk mendukung unggahan tentang petualangan Si Brandal di akun tersebut tentu saja butuh koneksi internet yang dapat diandalkan. Maklum, jalur offroad meliputi bermacam medan. Tak jarang harus menyusuri sungai, menerobos hutan, hingga merangsek pegunungan dengan elevasi ratusan bahkan ribuan meter di atas permukaan laut.
Mestakung! Dari situlah persinggungan perdana saya dengan switch berawal. Tepatnya ketika mencari tagar untuk kiprah Si Brandal di akun @brandaltriltua. Terinspirasi slogan pabrikan motocross terkenal asal Austria yang berbunyi #readytorace, saya memplesetkannya jadi #readytodirt. Sesuai peruntukannya, si Brandal memang didesain untuk akivitas dirtbike yang menuntut untuk selalu #readytodirt. Ternyata tagline itu terdengar muradif dengan slogan #readytoswitch yang diusung Switch Mobile Indonesia. Mungkin inilah yang dinamakan mestakung alias semesta mendukung. Segalanya klop. Pas Si Brandal selesai dibangun, pas ketemu switch. Eh ternyata dalam urusan moto pun punya kemiripan. Terinspirasi oleh jargon Ready to Race, diplesetkan menjadi Ready to Dirt, kemudian bersua produk digital telco yang mengusung semboyan Ready to Switch.
Menutut Cambridge International Dictionary of English, switch diartikan sebagai to change suddenly or completely from one thing to another, or to exchange one person or thing with another.
Yups, ketika mendambakan excite everyday life, kadang kita harus berani beralih secara suddenly dan completely dari kebiasaan lama menuju kebiasaan baru. Bila dalam urusan motor tril saja berani berubah haluan dari pengguna produk pabrikan menjadi anggota Geng Tril Tua, tak ada salahnya jika untuk keperluan koneksi internet beralih pula dengan meninggalkan produk konvensional lalu memilih provider kekinian. Maka dari itu, tanpa ragu pada Kamis (9/9) pukul 15.47 WIB, saya memesan kartu SIM switch via aplikasi. Prosesnya sangat mudah. Harganya pun super murah. Sepuluh ribu perak saja. Dapat korting ongkos kirim pula sebesar Rp 15 ribu. Bila ongkir di bawah Rp 15 ribu, otomatis kita hanya bayar ceban.
Saat memesan kartu perdana, switch memberi kebebasan menentukan komposisi numerik enam digit terakhir. Saya memutuskan untuk menggunakan tanggal lahir anak tercinta. Syukurlah nomor itu belum ada yang punya.
Opsi boleh menentukan nomor sendiri selalu menarik. Trik ini merupakan jebakan subtil agar kita tetap setia. Bagaimana tidak, ketika kita memiliki sebuah nomor telepon yang di dalamnya terdapat komposisi tanggal lahir anak atau tanggal pernikahan misalnya, pasti sebisa mungkin bakal dipertahankan agar selalu aktif.
Voila! Keesokan hari, tepatnya Jumat (10/9) petang sekitar maghrib, kartu SIM pesanan sudah sampai rumah. Gercep banget. Menandakan Switch Mobile Indonesia sangat responsif dalam menjawab keinginan konsumen. Kemasannya unik, mengingatkan pada packing kartu perdana era awal 90-an ketika harganya masih ratusan ribu. Yang bikin kesengsem, ada dua ekstra di dalam kemasan yakni cutting sticker logo switch dan SIM ejector. Nilainya memang tidak seberapa, tapi ini cukup memberi kesan mendalam pada pandangan pertama. Jika sedang dibutuhkan, kadang kita kelimpungan nyari SIM ejector sampai-sampai jarum pentul buat kerudung istri jadi korban. Cutting sticker-nya juga keren. Catchy ditempel di helm, kaca belakang mobil, atau laptop seperti yang saya lakukan. Sebuah effort yang memikat untuk memberi engagement pada kesan pertama.