Mohon tunggu...
Jatmika AjiSantika
Jatmika AjiSantika Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis

Serius banget orangnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Soeharto Anti Islam?

10 Agustus 2023   06:56 Diperbarui: 10 Agustus 2023   07:05 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut seorang ahli sejarah militer, Professor Salim Said, di awal kekuasaan Orde Baru, Soeharto menunjukkan sikap alergi pada Islam. Salim Said bahkan menyaksikan sendiri Soeharto melotot kepada seorang santri perempuan yang menyarankan agar demonstrasi dukungan kepada ABRI yang berlangsung di halaman Kostrad pada hari-hari pertama pasca G30S/PKI ditutup dengan doa.

Harry Tjan Silalahi pengurus partai katolik bersama dengan Subchan Z.E. selaku pengurus Nahdatul Ulama berperan penting melibas PKI pasca G30S. Mereka sering berjumpa dengan Soeharto selaku Pangkopkamtib. Suatu hari mereka secara bersamaan bertemu dengan Soeharto di Markas Kostrad, menjelang akhir pertemuan Subchan menyampaikan rencana berikutnya dengan mengucapkan kata InsyaAllah. Soeharto merasa sangat terganggu "Kenapa harus pakai InsyaAllah?" tanyanya dengan kesal. Ketika sudah berada di luar kantor Kostrad, Subchan yang berasal dari keluarga santri daerah Kudus berkomentar "Wah, Soeharto ini memang abangan tulen".

Pada 24 Februari 1966, para tokoh anti komunis mempunyai Soeharto diantaranya adalah dari golongan katolik, Kiai Dahlan dari Nahdatul Ulama, dan Lukman Harun dari Muhammadiyah. Dalam pertemuan tersebut Soeharto menyempatkan bertanya kepada Kiai Dahlan mengenai kegiatan Nahdatul Ulama membicarakan kembali "Piagam Jakarta". Kiai Dahlan menjelaskan dalam piagam tersebut umat Islam diwajibkan menjalankan syariat Islam. Soeharto lalu bertanya "Apa itu sarengat (Jawa) Islam?" Lalu Kiai Dahlan menjelaskan seperlunya dan Soeharto kemudian bertanya "Bagaimana dengan saya yang abangan ini dan orang-orang Islam abangan lainnya ? apakah akan dipaksa-paksa melakukan sembahyang dan lainnya ?" Kiai Dahlan lalu menjawab bahwa hal tersebut bergantung pada orangnya. Soeharto kemudian mengatakan bahwa persoalan Piagam Jakarta tidak perlu dipersoalkan dan tidak diteruskan. 

Harry Tjan yang kelahiran Yogya dan dibesarkan dalam budaya Jawa mengetahui bahwa sikap Soeharto itu adalah sikap kaum abangan sejati "Soeharto selalu mengatakan dia Islam, tapi dia Islam Hakekat, bukan Islam syariat". 

Di masa tuanya barulah Soeharto melukan dan mengubah sikapnya terhadap Islam. Menurut Jusuf Wanandi "Pada awal masa kepresidenan hubungan Soeharto lebih dekat kepada mistik Jawa daripada Islam. Tapi pada akhir delapan puluhan, dia menjauhkan diri dari mistik demi menaikkan citranya di mata masyarakat Islam". Soeharto bahkan melaksanakan ibadah haji bersama Ibu Tien pada tahun 1991 dan namanya menjadi Haji Muhammad Soeharto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun