pemberontakan Madiun yang dimotori oleh Musso dan Amir Syarifuddin, kekuatan partai komunis dihancurkan oleh militer yang berpihak pada Republik Indonesia. Musso dicurigai ingin membuat negara Komunis yang berkiblat pada Uni Soviet, bung Karno lewat siaran radio mengultimatum "pilih Soekarno-Hatta atau PKI-Musso!" Musso lalu menimpali pesan dari Soekarno "pilih Musso!". Sudah barang tentu rakyat dan militer berpihak pada dwitunggal  karena Soekarno-Hatta lebih dikenal oleh rakyat ketimbang sosok asing Musso yang banyak menghabiskan waktunya di negeri komunis Uni Soviet. Meskipun dihancurkan, belum ada pelarangan secara resmi mengenai ideologi komunisme, alih-alih PKI akan mengalami kebangkitan di bawah pimpinan D.N Aidit yang saat pemberontakan terjadi berhasil melarikan diri ke China  dan kembali ke Indonesia di pertengahan tahun 1950. Yang menjadi fokus utama dari tulisan ini adalah bagaimana PKI bisa kembali memasuki panggung politik  bahkan dapat berkembang secara pesat setelah melakukan pemberontakan Madiun yang disebut sebagai "tikaman dari belakang kaum komunis kepada Republik dikala negara sedang gencar menghadapi agresi militer Belanda". Untuk menjawab masalah tersebut, selain karena tidak adanya pelarangan terkait paham komunis ini, saya berasumsi setidaknya ada beberapa alasan mengapa komunis dapat kembali berkembang di Indonesia .
Setelah gagalnyaDalam buku Indonesian Communism Under Sukarno, Rex Mortiner menguraikan penyebab PKI berhasil tumbuh sebagai partai yang memperoleh massa yang banyak ; (1) Ideologi dan programnya menyasar kelompok kelas menengah ke bawah di wilayah pedalaman yang mengharapkan munculnya ratu adil untuk membebaskan mereka dari penderitaan. Hal ini diwujudkan dengan mengeluarkan kebijakan yang berpihak pada petani. Banyak petani wajib membayar sewa dengan cara bekerja di lahan para tuan tanah, sehingga petani harus bekerja paksa seperti di zaman kolonial. Kaum feodal menguasai tanah yang begitu luas dengan harga sewa dan bunga yang tinggi, PKI mencanangkan program penurunan harga sewa tanah, suku bunga dan pajak, menghilangkan sistem kerja paksa menggarap lahan tuan tanah dan pejabat sebagai cicilan utang dan ribanya, memberikan lahan nganggur kepada petani. (2) Strategi fleksibel yang dijalankan, di bawah pimpinan D.N Aidit, partai meninggalkan peran perjuangan kelas, mengurangi kekerasan dan sifat "militan" Â komunis. Anggota PKI membangun jembatan, sekolah, rumah, bendungan, kamar mandi umum, saluran air dan jalan ; mereka membasmi hama dan mengadakan kursus-kursus pemberantasan buta huruf, mengorganisasi kelompok olahraga dan musik desa, memberikan bantuan kepada warga desa dimasa sulit. Setelah apa yang dilakukan kelompok Komunis ini, mereka seperti berpindah haluan menjadi partai yang lunak dan tidak menganut kekerasan dan itulah penyebab banyak orang memasuki partai komunis. (3) Memanfaatkan perpecahan elite partai dominan (PSI & Masyumi) dan bersekutu dengan pihak nasionalis PNI meskipun sebagai bawahan. Soekarno dan PNI menginginkan kerja sama dengan PKI untuk melawan imperialis dan menundukkan lawan politik (Masyumi), di masa Demokrasi terpimpin Soekarno menggunakan PKI sebagai saingan Angkatan Darat dan PKI berlindung di balik Soekarno dari Angkatan Darat . Karena tiga hal ini, anggota partai berkembang pesat, di tahun 1952 PKI yang semula beranggotakan 7000 orang menjadi 1,5 juta di tahun 1959 yang berasal dari buruh, petani, kaum muda, dan perempuan.
Keterangan lain diungkapkan bung Hatta sebagai perdana Menteri mengapa PKI dapat diterima kembali dan berkembang di Indonesia. Setelah penumpasan PKI Madiun lalu dieksekusi matinya Amir Syarifuddin dan Muso, PKI muncul  seakan-akan orang baru dibawah D.N Aidit yang menyingkirkan tokoh-tokoh tua seperti Alimin. Saat itu perdana Menteri Agung Tirtawinata S.H hendak menuntut perkara Madiun, namun dicegah oleh Dr. Halim  sebagai perdana Menteri Negara bagian RI dengan mengatakan peristiwa itu adalah urusan RI, bukan urusan RIS. Karena hal ini penuntutan terhadap komunis dibatalkan dan berakibat pada mudahnya PKI memperbesar diri dan pengaruhnya di bawah pimpinan D.N Aidit. Bung Hatta kemudian memberikan komentar tentang betapa lihainya D.N Aidit memecah hubungan antara Sukarno dan Hatta agar dapat mendekati Sukarno. Bung Hatta memang tidak kompromi dengan komunis sedangkan Sukarno lebih lunak karena dia percaya jika komunis di Indonesia tidak sama dengan komunis di negara lainnya. Menurut bung Hatta, Aidit sendiri tidaklah menyukai Sukarno dan membencinya, ceritanya beliau tuturkan "Dulu waktu di Putera zaman Jepang, kami (saya dan Bung Karno) berkantor di jalan Theresia, di tempat sekolah Katolik sekarang. Saat bung Karno masuk ke dalam ruangan setiap orang pasti berdiri dan memberikan salam kecuali Aidit, sikapnya ini membuat bung Karno marah. Dia lalu menegur Aidit "kenapa kau tidak berdiri ?" Aidit menjawab "biasanya orang yang datang dan baru masuk memberi salam, baru kami berdiri. Ini Bung masuk tanpa memberi salam. Lihat Bung Hatta, kalau dia masuk, seperti biasanya orang Islam, ia memberi salam, baru kami berdiri membalasnya. Ini, Bung minta kami berdiri, ini sistem Jepang, kami tidak biasa demikian" mendengar jawaban tersebut terlihat raut muka marah dari Bung Karno. Melihat situasi tersebut bung Hatta memutuskan untuk menjauhkan Aidit dari Sukarno dengan memindahkan kantor dia bertugas ke Semarang yang memungkinkan Aidit untuk berkenalan dengan ideologi komunis. Lalu mengapa bung Karno dapat kembali akrab dengan Aidit ? bung Hatta menjawab karena bung Karno itu suka dipuji dan lemah terhadap pujian, pernah dalam suatu catatan dengan Aidit, Solihin mencatat ucapan Aidit yang mengatakan "saya tidak mudah kagum sama orang, siapapun dia, tetapi terhadap Bung Karno betul-betul saya kagum". Karena pujian yang terus diberikan, Aidit dan Soekarno semakin dekat dan berhasil memecah Soekarno dan Hatta, celah ini dimanfaatkan PKI untuk muncul dan memperlebar pengaruh  komunis di Indonesia.
Yang terakhir, saya berasumsi jika Marxisme merupakan salah satu gagasan yang sudah dikenal bung Karno semenjak tahun 1926. Marxisme diperkenalkan sebagai salah satu dari tiga aliran ideologi yang menentang kolonialisme. Pemikirannya dimuat di majalah Indonesia Muda berjudul 'Nasionalisme, Islam dan Marxisme' ketiga aliran pemikiran ini diharapkan menjadi roh persatuan menuju Indonesia Merdeka. Menurut pandangan beliau Nasionalisme adalah pandangan yang dapat mengarahkan pemikiran yang berbeda ke dalam satu arus, isi nasionalisme dalam Islam dan Marxis lah yang memungkinkan persatuan itu. Islam sebagai agama yang mementingkan kaum tertindas, maka orang yang beragama Islam haruslah nasionalis. Marxis yang memperjuangkan kaum terpinggirkan, haruslah nasionalis dan berjuang melawan kapitalis dan imperialis penjajah. Pikiran Bung Karno menengahi kaum Islam dan Komunis yang tidak ingin bekerja sama padahal memiliki kepentingan yang sama yaitu mengusir penjajah dan mencapai Indonesia Merdeka. Kecerdasan beliau dalam mencampuraduk tiga arus pemikiran yang bertentangan menunjukkan ciri khas ke Jawa-an nya, mencari kesatuan dalam unsur-unsur yang bertentangan. Pola dasar pemikiran ini berusaha untuk mencari keserasian di dalam dirinya sendiri dengan begitu akan mencapai harmoni yang selaras dengan gerak kosmik. "Mau disebut dia nasionalis, dia tidak setuju dengan apa yang biasanya disebut nasionalisme, mau disebut Islam, dia mengeluarkan paham yang tidak sesuai dengan kebanyakan orang Islam, mau disebut marxis tapi dia sembahyang, mau disebut bukan marxis dia gila kepada marxis itu. Saya tetap nasionalis, tetap Islam, tetap Marxis. Sintese dari tiga hal inilah memenuhi saya punya dada, satu sintesa yang menurut anggapan saya sendiri adalah satu sintesa yang geweldige" Dalam Tulisan Sukarno oleh Sukarno sendiri. Mengingat Marxisme adalah salah satu arus dari tiga pikiran yang digagasnya, bukan tidak mungkin menurut penulis, Sukarno membiarkan Komunis memasuki kembali panggung politik pasca Peristiwa Madiun 1948, karena jika Bung Karno melarang paham Marxis sama seperti membatalkan gagasan yang sudah diusungnya di masa pergerakan, jauh sebelum Indonesia Merdeka. Sangat disayangkan, gagasan yang tampak bergengsi ini malah membuatnya lengser dari kekuasaan. Â Gagalnya ideologi Nasakom ditandai dengan adanya Gerakan tiga puluh september yang mengakibatkan kekuasaan Sukarno surut secara bertahap.
Dari paparan di atas dapat kita simpulkan kembalinya komunis ada tiga alasan. Pertama karena gerak partai yang dinamis, program partai yang berpihak pada rakyat kecil, beraliansi dengan front nasionalis meskipun subordinasi. Kedua, gagalnya penuntutan peristiwa Madiun di pengadilan dan terpecahnya Sukarno dan Hatta yang memudahkan Aidit dekat dengan Sukarno lalu memanfaatkan kedekatannya untuk menyebarluaskan paham komunisme kembali di Indonesia. Ketiga, Marxisme merupakan salah satu dari tiga ide yang digagas Sukarno jauh sebelum Indonesia merdeka, pembatalan terhadap komunis berarti menghapus pemikiran yang sudah beliau hasilkan di masa pergerakan.
Sumber :
Indonesia Communism Under Sukarno, Rex Mortimer
Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, M.C.Ricklefs
Rakyat dan Negara, Ong Hok Ham
Bung Hatta Menjawab, Wawancara Dr. Z. Yasni dengan Bung Hatta
Sukarno Sebuah Biografi Politik, John D Legge