Maka terlalu banyak yang dapat di-nyiyirin kalau anda menggunakan logika  berfikir yang demikian. Lebih celaka lagi saat ada yang membangun logika berfikir dengan membandingkankan biaya perhelatan Asian Games dan penanganan Gempa Bumi di lombok.
Tetapi pernahkah berfikir bahwa event ini adalah sesuatu yang luar biasa. Di acara inilah kita menemukan semangat kebersamaan sebagai bagian sebuah bangsa. Pada saat itu orang-orang tidak mempersoalkan lagi, Linsweld Kwok, Ras nya apa?. Apa Sukunya Ginting, atau apa Agamanya Jhonatan Cristy (Jojo). Dahsyat nya lagi, pada saat pertandingan Jojo di final, ada orang berteriak dari Tribun penonton,"Ayo Jojo, kamu bisa, bismillah Jojo pasti menang". Dia lupa kalau Jojo adalah seorang  Nasrani.Â
Tapi itulah indah nya saat kita melebur dalam satu semangat kebersaaan. saat kita dapat menghayati makna ke-bhinneka-an dengan baik maka kita tidak akan pernah mempersolkan lagi Suku,Ras,Golongan dan agama.
Bangsa ini harus memberikan apresiasi dengan keberhasilan pemerintah memasukkan pencak silat sebagai cabang yang dipertandingkan di Asian Games sebab bukan perjuangan mudah, tapi melalui lobbi yang berlika liku.Â
Kalau ada yang mempersoalkan pencak silat sebagai cabang baru, maka saya ingin mengatakan dulunya juga Judo, Karate, Kempo, demikian adanya. Sebagai cabang baru pada saat itu dan butuh loby panjang juga untuk di masukkan sebagai cabang baru di asian Games dan Olimpiade pada masanya.
Akhirnya, mari berfikir waras kembali. Semangat  Asian Games agar terus dijaga. Saatnya kita berbicara gagasan menuju Indonesia yang mulia di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H