Mohon tunggu...
arifin widi perdana
arifin widi perdana Mohon Tunggu... Montir - male

Mahasiswa Pascasarjana Universitas Pelita Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menjaga Rasionalitas, Hakikat sebagai Manusia

17 April 2019   22:13 Diperbarui: 17 April 2019   22:25 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

saya merupakan salah satu pengagum dari George Wilhelm friedrich Hegel salah satu kutipannya mengatakan "Alles Vernnftige ist wirklich, und alles Wirkliche ist vernnftig" (Semua yang riil bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat riil). saya sangat setuju dengan kutipan tersebut karena dalam sugesti saya bahwa di dunia in semua aspek yang harus dihadapi oleh manusia adalah sesuatu yang riil makan dalam menghadapi semua hal  saya harus rasional, bukan berarti saya cerdas ataupun merasa melebihi orang lain tapi memang begitulah adanya.

saya memiliki beberapa kanal sosial media dan agak miris ketika melihat orang - orang kehilangan rasionalitas mereka dimana mereka hanya memenuhi hasrat untuk  dianggap paling benar dengan menjustifikasi setiap pendapat pendapat dari golongan mereka atau yang di percayai adalah suatu kebenaran yang mutlak tanpa mereka berfikir apalagi meriset tentang apa yang mereka kemukakan tidakkah hal ini adalah sebuah bahaya laten dan jika dibiarkan hal ini akan menjadi bom waktu dimana pemicunya adalah jempol kita sendiri.

maka dari itu perlu adanya kesadaran dari kita untuk selalu berfikir secara rasional mencerna segala informasi yang kita dapatkan mari kita kelola dengan baik segala informasi yang masuk ke diri kita tidak reaktif terhadap berita - berita yang tidak tentu kebenarannya apalagi yang dasarnya hanya sosial media karena pada hakikatnya kita adalah makhluk sosial tanpa mediapun kita tetap harus menjadi manusia dan manusia dibekali dengan akal dan budi pekerti, itulah yang membedakan kita dengan makhluk tuhan yang lain, tidak apa jika sedikit berbeda karena dengan berbeda kita menjadi bermakna dan membentuk spektrum bhineka tunggal ika , mungkin hanya sudut pandang yang berbeda tetapi kita tetap satu Indonesia

ini merupakan sebuah keresahan yang saya rasakan, suatu pendapat dimana khalayak bisa memperdebatkan tidak apa jika tidak setuju tetapi betapa indahnya bila kita tidak saling memaki tetapi duduk bersama mencari solusi apalagi ditemani dengan secangkir kopi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun