Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Sang Hantu Dan Anak Buahnya

31 Maret 2014   01:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:17 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Dengan masih tertawa, Chiquito lalu duduk di lantai kayu. Sementara itu Sarijo masih berusaha menenangkan Prof. Jones yang tampaknya benar-benar ketakutan seolah-olah sedang melihat hantu.

“Tenang Prof, tenang…dia ini Paman Chiquito, bukan hantu, yakinlah itu,  tidak mungkin ada hantu datang-datang langsung bisa duduk seperti itu,” Sarijo berusaha meyakinkan Prof. Jones.

Sehabis mengucapkan itu Sarijo lalu menghampiri Chiquito dan menjabat erat tangan sang Panglima Penjaga Kota terlarang. Sementara itu Prof. Jones yang melihat Sarijo menjabat tangan lalu meletakkan kembali tombak yang  tadi dipegangnya ke tempatnya semula. Chiquitita yang sedari tadi tertawa pun lalu mengajak Prof. Jones untuk duduk kembali.

“Hahahaha…. duduklah dekat saya Profesor, agar memudahkan saya untuk mencekik anda,” canda Chiquito yang membikin Prof, Jones yang mau duduk jadi berdiri lagi dan mundur ketakutan.

“Paman Chiquito, paman jangan bikin Profesor ketakutan seperti itu, kasihan orang tua ini,” kata Chiquitita.

“Nih  Profesor, ini ada pemukul rotan, pukul saja pinggang Paman Chiquito, nanti akan ketahuan dia itu manusia atau bukan,” imbuhnya sambil tersenyum dan mengangsurkan sebatang pemukul   dari bahan rotan ke Prof. Jones.

“Ya…ya..maafkan saya Profesor,  cuma sekedar canda saja, tapi jangan dipukul pakai rotan itu, sakit nanti badan ini, “ kata Chiquito.

Rupanya begitu memegang rotan yang dapat digunakan sebagai pemukul,  lalu timbul niat dari Prof, Jones yang sudah mulai hilang rasa takutnya untuk ganti membikin takut Chiquito.  Dihentakkan kakinya lalu tongkat itu diputar-putar  dan diarahkan seakan-akan hendak menyerang sang panglima ini.

Kini ganti Chiquito yang meloncat berdiri dan lari keluar, merasa takut, jangan-jangan akan dihajar oleh Prof. Jones. Melihat Chiquito yang lari ketakutan, Prof. Jones gantian tertawa terkekeh-kekeh dan ikut mengejar sampai ke pintu. Dilihatnya Chiquito yang meloncat bergulingan karena turun tidak melalui tangga, yang  membikin terkejut beberapa orang yang sedang berdiri di depan tempat tinggal Sarijo.

Melihat ada yang datang dengan cara yang tak lazim , orang-orang yang berkumpul di halaman itu jadi tertawa terbahak-bahak ,  tetapi begitu melihat yang datang adalah panglimanya, dalam sekejap mereka pun berhenti tertawa, meski dengan terpaksa.

“Hai,Profesor…. Lihat siapa mereka ini, tidak lupa kan….hahahaha…!” ucap Chiquito dengan suara yang keras dan masih juga tertawa-tawa, sambil  telunjuknya menuding kearah orang-orang yang di sekitarnya.

Dengan suara hampir serentak, mereka menyapa Profesor  Jones yang masih diam terpaku di depan pintu kediaman Sarijo, “ Hallo Profesor…!!!”

Melihat sekumpulan orang yang berdiri di halaman itu, langkah Prof, Jones yang akan menuruni tangga jadi terhenti. “ Kalian… kalian semua…!” hanya itu suara yang bisa keluar lewat bibirnya yang bergetar.

Segera dengan langkah cepat dihampiri mereka, yang tak lain adalah anak buah sang kepala polisi rahasia yang selama ini dikiranya telah meninggal terseret arus sungai bersama komandannya. Dipeluknya tubuh setiap orang itu dengan rasa yang haru. Tanpa terasa mengalirlah air mata, meleleh melewati pipi sang Profesor dan juga yang menyaksikannya betapa besar rasa tanggung jawab yang ditunjukkan oleh seorang pemimpin sebuah ekspedisi terhadap semua orang yang menjadi anggota tim penelitiannya.

Begitu sampai di depan Chiquito, sejenak dipandangnya sang kepala polisi ini, dan katanya,” Kau, komandan sialan, kau yang harus menceritakan ada apa semua ini dan bagaimana semua ini terjadi?” Dengan sekali rengkuh dipeluknya tubuh tegap Chiquito seraya tertawa penuh suka cita.

“Baiklah Profesor, sebelumnya maafkanlah kami yang terpaksa harus berbuat seperti ini, nanti sehabis petang aku akan mengunjungi anda di tempat tinggal keponakanku itu.” “ Bukankan anda sementara ini tinggal bersamanya?” “ Kini, kami minta diri karena masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan, “ kata Chiquito dengan memegang kedua belah lengan Prof. Jones.

Kemudian setelah berpamitan dengan Sarijo dan Chiquitita, Chiquito bersama beberapa orang yang pernah mengiringi Prof, Allan Jones dalam perjalanannya mencari Kota Yang Hilang itu lalu mohon diri untuk melakukan pekerjaan yang masih harus diselesaikannya.

Malam harinya, Chiquito benar-benar menepati janjinya untuk datang ke kediaman Sarijo guna menceritakan semua yang menjadi sebab dari kejadian yang terjadi selama mengikuti perjalanan Profesor Allan Jones dalam mencari Kota Yang Hilang. Kali ini kedatangannya tidak hanya sendiri melainkan bersama Pachuapa dan  Huachar, tetua sekaligus pendeta tinggi suku Inca Pucihua.

Melihat kedatangan mereka, Profesor Jones, Sarijo dan Chiquitita segera menyambutnya dengan penuh rasa hormat dan segera mempersilakan mereka untuk  masuk. Dengan duduk membentuk lingkaran, mereka saling  berbicara dengan santai dan penuh keakraban.

Setelah menghidangkan makanan dan minuman, Chiquitita kemudian mohon diri meninggalkan mereka untuk pergi ke tempat ibunya. Sarijo mengiyakan dan maklum karena jika tidak maka isterinya akan jadi penonton saja, dan itu tentu akan membuatnya bosan karena hanya mendengarkan para lelaki berbicara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun