Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

(Planet Kenthir): Buk Ndekem Jaman Kecilku

6 Februari 2016   08:52 Diperbarui: 6 Februari 2016   09:47 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Ada sebuah bangunan fisik  yang berupa buk atau penutup saluran air yang menjadi pintu masuk air saat hujan yang menghubungkan saluran air dipinggir jalan kampungku menuju ke Sungai Gadjah Wong. Bangunan buk itu dikenal dengan nama “Buk Ndekem” karena ujudnya seperti kerbau  yang ndekem.

Buk Ndekem ini ukurannya lumayan besar, seukuran kerbau yang ndekem dengan jeruji besi yang terpasang di depannya , sangat asyik buat duduk-duduk diatasnya sambil bercengkerama dengan sesama teman atau tetangga. Akan tetapi, bukan hanya itu saja, ada kisah tersendiri di tempat itu.

Dulu, di tahun 80-an tempat ini merupakan lokasi yang favorit buat anak anak lelaki, termasuk aku untuk melakukan sesuatu kegiatan yang menggelikan. Apa itu???

Begini ceritanya, saat habis disunat “burung empritnya”, umumnya anak-anak termasuk juga aku, mengalami apa yang disebut dengan “gendelen”. “Gendelen” atau radang di bekas yang disunat ditandai dengan bengkak dan rasa cenat-cenut itu salah satu cara untuk mengurangi rasa sakitnya adalah dengan duduk diatas Buk Ndekem ini saat kondisi buk masih hangat pada sore hari.

Si burung yang diperban dibalik celana kolor itu dibiarkan terkena bodi bangunan buk, biarkan sesaat dan rasakan hangatnya bodi buk itu mengenai bagian si burung yang gendelen. Rasanya mak nyesssssss …… semwriwing dah … hahahaha.

Ada tapinya, meski sudah menjadi rahasia umum kalau anak-anak lelaki yang pada “gendelen” suka menghangatkan burungnya di tempat itu, jarang ada yang terang-terangan melakukannya di depan banyak orang. Termasuk aku yang dulu diam-diam melakukannya … hehehe.

Sayangnya, bangunan buk itu sekarang sudah diratakan dan  saluran air atau gorong-gorong dibuat dibawah jalan beton. Buk Ndekem hanya tinggal sejarah dan menjadi kenangan yang tak terlupakan sampai kapan-pun.

 

sumber gambar : pinjam dari Planet Kenthir.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun