Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Baratayuda Harus Terjadi

7 Oktober 2014   16:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:04 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar:http://moedjionosadikin.wordpress.com/2009/02/10/baratayuda-duryudono-salya-gugur-1-kebimbangan-prabu-salya-antara-menantu-dan-anak-keponakan/

Jamak diketahui bahwa yang menjadi tokoh sentral dalam perang besar Baratayuda adalah Sri Kresna. Sebagai titisan Dewa Wisnu yang perkasa, sebenarnya memiliki kemampuan untuk menghancurkan Duryudana dan seluruh Kurawa yang ada di Hastina. Biarpun disana bercokol para sesepuh dan ksatriya yang juga sakti mandraguna seperti Resi Bhisma, Resi Durna dan Adipati Karna.

Masih ingatkah dengan cerita Kresna Duta, disaat Kresna marah besar atas sikap para Kurawa yang tetap tidak mau menyerahkan hak Pandawa atas  Kerajaan Indraphrasta? Sri Kresna yang murka lalu berdiri di tengah aun-alun Hastiana dan bertiwikrama, berubah menjadi raksasa yang besarnya minta ampun.

Saat itu, beberapa dewa yang juga turut menyaksikan jalannya perundingan-pun merasa takut menyaksikan kemurkaan Sri Kresna.  Para dewa itu lalu memanggil Dewa Dharma, dewa kebijaksanaan dan kesabaran untuk meyabarkan titisan Wisnu yang sedang dihinggapi api kemarahan. Usaha ini berhasil, Sri Kresna kembali berubah ke ujud semula  dan pergi meninggalkan Hastina. Nantinya, Sri Kresna bersama-sama Pandawa akhirnya juga berhasil menumpas bala Kurawa dalam perang Baratayuda.

Kisah tersebut tidak berbeda dengan yang ada di kisah Ramayana.  Rama juga titsan Dewa Wisnu yang juga akhirnya berhasil mengalahkan Rahwana. Dengan bantuan balatentara Kiskenda yang dipimpin Sugriwa, Anoman, Anggada, mereka bersama-sama berhasil mengalahkan dan menghukum Rahwana seumur hidup (dijepit dua bukit).

Mengapa bukan dewa Wisnu saja yang langsung turun tangan menghancurkan kejahatan? Disinilah menariknya kisah pewayangan yang menjadi pelajaran bagi umat manusia, yang mana kebenaran dipastikan akan mampu menghancurkan kejahatan. Akan tetapi semua itu ada prosesnya, tidak langsung “mak jegagik” atau  “ujug-ujug” terjadi.

Melalui proses menitis, Dewa Wisnu akhirnya juga akan melenyapkan kejahatan di muka bumi. Dengan demikian setiap tokoh yang nantinya berperan dalam kisah cerita itu akan menjalani karmanya terlebih dulu. Selain itu juga menjaga agar para Dewa tidak saling bertentangan sendiri-sendiri karena masing-masing memiliki tugas dan wewenang yang berbeda.

Sekian dan terima kasih sudah membacanya.

Salam pecinta wayang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun