Menurut cerita Kang Tri, setelah menikah dia dan keluarga kecilnya mengontrak di rumah Mbah Didgo, kurang lebih selama tiga tahun, yaitu antara tahun 1977 sampai tahun 1980. Selama tinggal di rumah ini, Kang Tri sama sekali tak merasa takut meski sering mendengar cerita dari teman-teman sebayanya yang suka menggoda jika dahulu pernah ditemukan ada orang yang gantung diri di rumah kuno ini.
Memang sering ada kejadian yang tak masuk akal terjadi di rumah ini pada waktu malam hari. Ada suara orang berjalan dengan sandalnya yang diseret mengeluarkan bunyi srek srek srek.
Juga sering terdengar suara gemericik air yang berasal dari wastafel kuno yang ada di kamar tidur sebelah timur, padahal wastafel itu sudah rusak dan sama sekali tak berfungsi. Kejadian seperti itu sama sekali tak membuat keluarga Kang Tri takut, biasa saja tanggapan mereka.
Namun ada juga sebuah kejadian yang sempat membuat Kang Tri bingung dan ketakutan. Anaknya yang masih kecil pernah “hilang” seharian. Menurut Kang Tri anaknya sengaja disembunyikan oleh “sesuatu” yang tak kasat mata yang juga menempati rumah itu. Baru setelah sore hari anak Kang Tri ditemukan berada di pojokan dekat almari.
Selain itu ada juga sebuah cerita dari Kang Tri mengenai adiknya yang juga mengalami hal-hal yang tak masuk akal. Suatu malam, adiknya Kang Tri ini kerja lembur di rumah. Pada malam itu, adik kang Tri ini melihat sepintas sosok kakaknya sedang duduk tertidur di kursi.
Keesokan harinya ketika berbincang-bincang dengan Kang Tri, adiknya ini berkata jika semalam dia melihat sang kakak tertidur di kursi. Mendengar ucapan adiknya itu kang Tri tentu saja membantah karena semalam dia tidur di kamar. Mendengar bantahan sang kakak, tentu saja adik Kang Tri jadi melongo dan sejak itu dia kapok tak mau kerja lembur lagi.
Selain bercerita tentang pengalaman mistis yang dialami oleh keluarganya, Kang Tri juga bercerita bahwa sebelum dirinya tinggal di rumah Mbah Digdo, rumah itu juga pernah dikontrak oleh seorang yang bernama Pak Nar.
Beliau seorang pegawai pemerintahan, yang cukup lama menempati rumah itu sebelum akhirnya pindah tugas ke daerah Bantul sebelah selatan. Setelah Pak Nar inilah Kang Tri yang tinggal selama sekitar tiga tahun di rumah kuno itu.
Menurut Kang Tri, setelah dirinya tak tinggal di rumah itu lagi, yang menempati rumah Mbah Digdo adalah keluarga dari almarhum Mbah Kar. Untuk itu kemudian penulis berusaha menghubungi keluarga almarhum Mbah Kar yang juga tinggal di kampung Citran bertetanggaan dengan Kang Tri.
2. Mbah Sal