"Sebentar Bu Rukmini, cerita saya belum rampung,"ucap Pak Wardoyo menyela perkataan Bu Rukmini.
"Waktu itu Pramono menitipkan rumah ini kepadaku karena dia akan pergi mengurus dagangannya ke luar kota selama lima hari. Kunci rumahnya dititipkan ke saya. Jadi rumah itu kosong tak ada siapa-siapa, "ujar Pak Wardoyo.
Selanjutnya Pak Wardoyo menceritakan jika  tiap malam dia melihat ada sosok perempuan  di dalam rumah itu. Karena merasa diberi tanggung jawab atas keamanan rumah keluarganya Pramono itu maka Pak Wardoyo lalu mengambil kunci dan masuk ke dalam rumah untuk menegur siapa perempuan yang diam-diam masuk ke dalam rumah itu.Â
Akan tetapi alangkah terkejutnya ketika membuka kunci dan masuk ke dalam  ternyata tak menemukan orangnya. Bahkan dengan tiba-tiba pintu rumah yang telah terbuka itu tertutup dengan sendirinya dan menimbulkan suara yang cukup keras, brakkk!Â
Kejadian seperti itu terus berulang saat Pak Wardoyo berniat mencari tahu sosok perempuan yang ada di dalam rumah itu di malam hari.
Selanjutnya Pak Wardoyo juga menerangkan jika selama ini dia berdiam diri dan tak menceritakan kejadian itu kepada siapapun termasuk kepada Pramono.Â
Hal ini semata-mata dilakukannya agar Pramono tidak merasa ketakutan jika mendengarnya, karena Pramono hanya sendirian tinggal di rumah warisan keluarganya itu. "Yang jelas, perempuan itu bukan manusia seperti kita-kita ini," ujar Pak Wardoyo mengakhiri ceritanya.
"Nah sekarang sudah jelas kan duduk persoalannya. Apa yang dikatakan Bu Rukmini dan apa yang diucapkan nak Pramono itu benar semuanya. Urusan selanjutnya biar aku dan Nak Pramono yang menyelesaikannya," ucap Pak Wardoyo yang lalu berpamitan dan mengajak Pramono untuk kembali ke rumahnya.
Sesampainya di rumah Pramono, Pak Wardoyo langsung menuju ke sebuah kamar yang terletak paling barat. "Ini kamar siapa dulunya nak Pram?" tanya Pak Wardoyo.
"Kamarnya Mas Baskoro Pak," jawab Pramono.
"Lalu lukisan bergambar perempuan yang digantung itu gambarnya siapa?" tanya Pak Wardoyo lagi.