Hal yang ketiga adalah persoalan ekonomi dan perdagangan. Semasa kejayaannya, dari masa pemerintahan raja Panangkaran hingga raja Balitung, Mataram Kuno periode Jawa Tengah ini membangun banyak bangunan-bangunan suci yang berukuran besar dan megah. Candi Borobudur, Candi sewu, Candi Prambanan, candi Palosan dan Candi Boko adalah contohnya.
Disatu sisi dengan dibangunnya banyak bangunan-bangunan suci yang berukuran besar dan mewah seperti itu menunjukkan akan kebesaran dan kejayaan kerajaannya, disisi lainnya adalah membuat rakyatnya terbebani dan kehilangan banyak waktu untuk melakukan aktivitas ekonominya.
Baca juga: Mataram Kuno: Maharaja Pembunuh Musuh yang Sombong, Serangan Armada Laut Jawa dan Penaklukan Kamboja
Jawa Timur menjadi lokasi yang dipilih oleh Mpu Sindok karena wilayahnya yang subur untuk pertanian padi dan secara ekonomi lebih menjanjikan karena adanya pelabuhan dan sungai-sungainya (Brantas dan Bengawan Solo) sangat mendukung dalam perdagangan dengan dunia luar.
Dari ketiga faktor penyebab yang mendorong terjadinya perpindahan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno ke Jawa Timur menunjukkan bahwa usaha tersebut setidaknya dilakukan tidak secara tergesa-gesa. Paling tidak usaha tersebut telah dirintis oleh Dyah Wawa.
Akan tetapi rupanya Mpu Sindok terpaksa harus segera memindahkan pusat pemerintahan karena, dalam pandangan saya, disebabkan oleh adanya serangan dari kerajaan Sriwijaya. Jawa tengah berhasil dikuasai oleh pasukan kerajaan Sriwijaya.
Raja Dyah Wawa terbunuh, dan tak ada lagi alasan bagi Mpu Sindok untuk segera berpindah ke Jawa Timur. Tidak hanya memindahkan pusat pemerintahan yang dikatakannya sebagai penerus dari kerajaan Mataram Kuno yang ada di Jawa Tengah, Mpu Sindok juga membangun wangsa yang baru yaitu Wangsa Isana.
Sumber bacaan:
*podjokpawon-sejarah-nusantara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H