Anak seorang presiden, politikus anggota dewan hingga anak pejabat negara lainnya yang terjun ke dunia politik mengikuti jejak orang tuanya adalah sebuah hal yang wajar. Tidak aneh! Orang Jawa bilang 'banyu miline mudun', air mengalirnya ke bawah. Demikian juga dengan apa yang diberitakan mengenai putra sulung presiden Joko Widodo yang bernama Gibran Rakabuming Raka ini.
Dikabarkan bahwa Gibran ini hendak mengikuti pilwalkot 2020 yang akan datang di Solo, tempat tinggal sekaligus tempat kelahirannya. Agaknya Gibran ingin mengikuti jejak bapaknya yang pernah menjadi walikota Solo dua periode.
Lalu mengapa hal yang wajar seperti ini jadi bahan pembicaraan yang hangat? Bukankah ada banyak'Gibran-Gibran' yang lain yang mengikuti jejak orang tuanya untuk terjun ke duania politik dan juga mengikuti pilkada.
Yang menjadi sebab adalah selama ini adalah munculnya kesan jika keluarga Presiden Joko Widodo ini adalah orang-orang yang tidak tertarik untuk terjun ke dunia politik. Anak-anak dan menantunya lebih suka bergerak di bidang usaha yang didirikannya sendiri-sendiri.
Namun dengan adanya keikutsertaan dari Bobby selaku menantu dan Gibran putra sulung presiden dalam pilkada telah menunjukkan bahwa penyakit sosial-budaya yang ada di negeri ini yang dinamakan 'aji mumpung' kembali menunjukkan wujudnya.
Mumpung mertua jadi presiden maka Bobby mencalonkan dirinya dalam pilkada di Sumut. Pun demikian dengan Gibran, mumpung bapaknya jadi presiden, dia mencalonkan dirinya di pilkada Solo.
Seandainya mertua atau bapaknya itu bukan pejabat, apalagi presiden, apakah Gibran ini juga tetap akan  berkiprah dalam dunia politik? Belum tentu, bisa ya bisa pula tidak.
Akan tetapi bahwa fakta  sekarang ini Gibran akan mencalonkan dirinya ikut kontestasi pilkada itu sudah barang tentu label 'aji mumpung' tak terelakkan lagi menempel pada diri dan keluarganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H