Selama ini saya bersyukur bahwa hanya dua kali mengalami peristiwa yang aneh dan horor lagi. Dan selanjutnya hanya bisa berharap dan berdoa semoga tidak perlu melihatnya lag. Maklum, meski saya ini macho-nya kelewatan, tapi kalau sudah berurusan dengan soal yang horor takutnya bukan main, wkwkwk!
Yang pertama, ceritanya dulu kami sekeluarga ini pernah tinggal di sebuah hotel kecil yang ada di Yogyakarta, sebelum akhirnya pindah ke Kotagede. Hotel itu memang milik keluarga dari jalur trah bapak, dan bapak adalah pengelola yang menjalankan usaha perhotelan itu dengan dibantu ibu, paklik dan bulik (dari jalur ibu).
Bangunan hotel yang kami tempati itu merupakan bangunan kuno yang dibangun pada masa penjajahan Belanda, yang memang sejak awal pendirinannya dipergunakan sebagai hotel. Salah satu yang masih saya ingat adalah adanya sebuah foto yang dipasang di depan kamar No. 1, yang menunjukkan bahwa hotel itu memang sudah ada sejak  tahun 1917.
Di Hotel, kami sekeluarga menempati kamar No.20, kamar yang besar dan luas. Kamar nomer terakhir  yang terletak paling ujung di bagian hotel paling belakang.
Suatu malam, saat semuanya sudah tertidur, saya merasa ada sesuatu yang memegang kaki saya dan rasanya dingin. Ketika saya bangun, saya melihat ada sosok yang tinggi besar berdiri di dekat kaki. Saya teriak, lebih tepatnya menjerit sekuatnya karena saking kaget dan takut. Habis itu menangis apa tidak, saya koq lupa ya...wkwkwk!
Mendengar teriakan yang keras, bapak, ibu, dan kedua kakak saya jadi terbangun. Dan yang paling sigap tentu bapak saya. Rupanya bapak saya juga melihat sosok hitam besar yang muncul tiba-tiba di kamar itu. Untung bapak saya pemberani. Diambilnya plat besi yang biasanya dipakai sebagai pengancing pintu dan hendak dipukulkan ke mahluk hitam itu.
Melihat keberanian bapak saya, rupanya mahluk itu juga keder dan terus lari menuju ke ruang sebelah yang biasa dipakai untuk mandi sekeluarga. Oleh bapak saya tetap dikejar. Maklum dia kan pemberani gitu lhoh, hehehe!
Begitu bapak saya masuk ke ruangan itu, dan kami pun juga mengikutinya, ternyata tidak ada siapa-siapa disana selain kami sekeluarga. Kami semua melongo dan jadi heran. Tak ada siapa-siapa selain kami sekeluarga, terus si mahluk hitam yang tubuhnya besar itu siapa? Koq bisa tembus tembok dan menghilang. Ajaib!
Demi tidak terulang kembali kejadiannya, kami sekeluarga pindah kamar tidurnya. Kami pindah ke kamar No.1, kamar yang ada di bagian depan hotel.
Beberapa tahun kemudian kami (saya, ibu dan kedua kakak saya) pindah rumah ke Kotagede, tapi bapak tetap tinggal di hotel dan mengelolanya bersama paklik dan bulik.
Pas saya SMA, seperti biasa jika ke hotel sepulang sekolah untuk membantu pekerjaan bapak, hal yang pertama yang saya lakukan setelah bertemu dengan bapak  adalah melihat ada layang-layang yang putus dan nyasar  ke bagian belakang hotel tidak.