Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ijtima Ulama 4, Langkah Cerdik Gerbong Rizieq Mendirikan Pseudo-Partai

6 Agustus 2019   10:49 Diperbarui: 6 Agustus 2019   11:08 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tak dapat dipungkiri bila sebenarnya Ijtima Ulama 4 ini tak lain dan tak bukan adalah akibat dari tersingkirnya Habib Rizieq Shihab (HRS) berikut gerbong-gerbong dibelakangnya seperti FPI, GNPF dan PA 212 paska pertemuan antara Jokowi  dan Prabowo, ditambah lagi pertemuan Megawati dan Prabowo.

Ijitima dilaksanakan dengan tujuan  agar panggung panggung politik bagi HRS dan pengikutnya ini tetap eksis diblantika perpolitikan Indonesia.

Hal ini dapat dilihat pada hasil dari Ijtima tersebut. Lagi-lagi soal seperti negara harus memulangkan HRS tanpa syarat, NKRI bersyariah, kecurangan pilpres, meninggalnya pertugas KPPS hingga kerusuhan 21-22 Mei. Tak ada hal-hal yang baru yang disodorkan selain mengulang narasi lama.

Walau tak ada yang baru soal hasilnya, namun ada sesuatu yang berbeda pada diadakannya Ijtima Ulama 4 ini, yaitu tidak diundangnya elit politik. 

Dengan tidak diundangnya elit politik serta tak melibatkan  mereka di dalam kepengurusannya nanti akan membuat mereka lebih diuntungkan dan mudah untuk melakukan kiprah politik di berbagai kubu.

Kesempatan pertama yang jelas tampak tentu saja di Pilkada 2022 dan nanti puncaknya pada Pemilu 2024.

Dengan saat ini tak memiliki atau memutuskan tak berhubungan dengan elit politik tertentu, mereka bisa bergabung dengan kubu mana saja yang nantinya ikut berkontestasi pada pilkada ataupun pemilu. Tergantung dengan siapa mereka nantinya akan bergabung.

Saya kira ini adalah langkah yang cukup cerdas. Ijtima ulama telah menjadikan HRS dan gerbong-gerbong di belakangnya sebagai  kekuatan seperti 'partai politik' tanpa harus repot mendirikan partai atau organisasi formal yang sejenis.

podjok pawon. 6 Agustus 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun