Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

KK Margopati: Keris yang Haus Darah

13 Agustus 2016   09:56 Diperbarui: 13 Agustus 2016   10:17 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.griyokulo.com/2016/04/panimbal-2/

Nama keris Kanjeng Kyai Margopati ini barangkali tidak seterkenal nama-nama keris yang melegenda di kalangan masyarakat Jawa, seperti keris Nagasasra, Sengkelat dan Keris Mpu Gandring. Akan tetapi, keris KK Margopati ini mempunyai riwayat yang jauh lebih mengerikan karena jumlah korban yang meninggal akibat dari keris ini lebih banyak.

Menurut kisahnya, pada jaman Sunan Amangkurat I (Mataram Islam), ada sebuah batu meteor yang jatuh di sebuah desa. Batu meteor tersebut menimpa sebuah rumah yang mengakibatkan beberapa orang di dalamnya meninggal dunia. Batu meteor itu, meskipun mempunyai kualitas fisik yang bagus untuk membuat keris, namun sifat atau ‘angsar-nya’ buruk karena belum apa-apa sudah meminta nyawa manusia, maka akan tidak bagus pula jadinya jika nantinya akan dipergunakan sebagai bahan baku untuk membuat senjata.

Meskipun demikian, Sunan Amangkurat I tetap bersikukuh meminta dibuatkan sebuah keris yang berkualitas untuk senjata pribadinya (sipat kandel). Karena takut ancama Sang Sunan, Mpu Madrim terpaksa membuatkan keris dengan bahan baku yang sifatnya buruk tersebut. Jadilah sebuah keris yang kemudian diberi nama KK Margopati.

Di tangan Sunan Amangkurat I, sifat buruk dari keris itu tetap melekat kuat. Puluhan nyawa ulama yang dicurigai mendukung pemberontakan Trunajaya dibunuh dengan keris itu. Tak hanya itu, puluhan selirnya sendiripun tak luput dari kematian karena dicurigai kesetiaannya terhadap Sang Sunan. Dan semua itu juga dibunuh oleh Sunan Amangkurat I dengan menggunakan keris KK Margopati.

podjok pawon, Agustus 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun