Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak Bungsuku Masuk SMP

30 Juni 2016   13:57 Diperbarui: 30 Juni 2016   14:23 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 29 Juni 2016 adalah hari Rabu yang membuat tensi sedikit menaikan diri akibat adanya ketegangan saraf saat  mengamati layar komputer memelototi tabel seleksi  untuk penerimaan siswa baru di SMP. Maklum, sebagai orang tua yang memiliki anak yang  lulus SD tentunya berharap jika anaknya akan dapat diterima di SMP negeri yang diinginkan.

Apa daya, pada pilihan pertama ternyata harapan tinggalah harapan. Si bungsu ternyata harus rela terdepak dari persaingan nilai dengan peserta lainnya. Masuklah pada pilihan kedua di SMP Negeri, yang lokasinya terhitung’jauh’ dari rumah.

Saat tengah hari, posisi nilai si bungsu sudah mendekati nomer 100 dari 185 calon siswa yang bakal diterima. Posisi yang relatif aman dengan kemungkinan berhasil diterima lebih besar. Meskipun demikian, sebagai orang tua masih saja ada rasa cemas sebab pada umumnya saat mendekati penutupan pendaftaran, banyak sekali terjadi perubahan akibat penambahan calon siswa yang memiliki nilai lebih baik dan membuat mereka yang memiliki posisi terbawah di tabel seleksi harus rela tersingkir.

Akan tetapi, si Bungsu ini rupanya tetap ‘santai’ melihat kondisi yang seperti itu. Terbalik dengan kami orang tuanya yang cemas dan sedikit-dikit melihat tabel mengamati posisi nilai si anak bungsu. Bukan hanya itu, dengan sikap serius malah tak memikirkan hasilnya dan nanti akan sekolah di salah satu sekolah swasta yang dulu merupakan  tempat sekolah kakak sepupunya, yang berada dibawah sebuah yayasan yang berafiliasi ke agama tertentu dan berbeda dengan agama kami sekeluarga. Alasannya adalah:

  • Sekolahanya di kota dan memiliki gedung yang besar dan halamannya luas.
  • Seragamnya keren.
  • Jajanan yang ada lebih banyak pilihannya, bisa jajan kentang goreng dan minum soft drink merk ternama. Ini yang jadi alasan utamanya.

Tentu saja kami yang mendengarkan ucapan si bungsu jadi tertawa. Ini anak bukannya ikut mikir dan prihatin, eh malah soal gedung, pakaian dan jajanan melulu yang dipikirkan. Namanya juga anak, pikirannya jajanan melulu, kayak bapaknya dulu .... hahahaaaa

podjok pawon, Juni 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun