Merasa perutnya mules, Kuntoro segera berlari menuruni tebing sungai mencari lokasi yang terlindung untuk buang hajad. Di balik bongkahan batu yang besar, Kuntoro melepaskan celananya untuk kemudian membuang hajad.
Tanpa sepengetahuannya, Pringgo ternyata berada di atas tebing sambil mengambil sebongkah batu yang lumayan besar. Batu itu kemudian dilemparkannya dan jatuh sekitar dua tombak di belakang tempat Kuntoro buang hajad.
Kuntoro yang terkejut, tanpa sadar berdiri dan mengumpat habis-habisan kepada pelaku pelemparan batu itu. Sialnya, saat berdiri, Kuntoro lupa belum memakai celananya, sehingga disamping suara batu yang bergedebyur, suaranya sendiri memancing perhatian para perempuan yang sedang mencuci pakaian dan mandi di sungai.
Meski berada agak jauh di depannya, namun pemandangan Kuntoro yang tak memakai celana membuat beberapa perempuan itu menjerit-jerit dan tertawa terpingkal-pingkal, sambil menunjukkan jari tangannya kearah Kuntoro. Melihat hal itu, Kuntoro segera menyadari keadaannya dan secepat kilat bersembunyi lagi di balik batu dan segera memakai celananya, terus berlari ke atas tebing.
Di atas tebing dilihatnya Pringgo yang duduk sambil menggigit-gigit rumput yang dipegang dengan tangan kanannya. Tak ayal lagi, tanpa ba bi bu, ditendangnya punggung Pringgo sehingga tubuhnya terdorong maju dan jatuh ke parit di pinggir sawah. Namun bukannya Pringgo terkejut ataupun berteriak. Kuntoro yang malah berteriak kesakitan karena di balik baju Pringgo ternyata diselipkan tiga potong batu bata.
Pringgo yang kemudian bangkit lalu tertawa terpingkal-pingkal dan berlari menuju sumber air. “ Wow, ternyata para perempuan histeris ya melihat onderdil kakang,”ledek Pringgo sambil tertawa.
“histeris…histeris… ndasmu!!!” sahut Kuntoro sambil memegangi kakinya yang sakit.
podjok pawon, Oktober 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H