Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Gratis Dapat Bonus Lagi

2 Maret 2014   18:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:18 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Amat adalah seorang mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri yang ternama di Kota Yogyakarta. Sebagai mahasiswa yang mondok di sebuah kost-kostan yang murah meriah di pinggiran kota, salah satu sarana transportasi yang menjadi andalannya adalah naik bus kota.  Maklum, sebagai pemuda dari keluarga yang pas-pasan, Amat belum juga bisa memiliki kendaraan roda dua. Boro-boro mikir dibelikan kendaraan, uang kiriman perbulan untuk biaya hidup saja kadang tidak mencukupi, belum lagi sering terlambat datang weselnya.

Untuk mengatasi keadaan itu, tidak jarang Amat harus pintar mengatur keuangannya. Bagaimana bisa sehemat mungkin mengatur pengeluaran hariannya itu menjadi tantangan tersendiri. Salah satunya adalah dengan mencari tumpangan gratis untuk menuju ke tempat kuliahnya atau sekembalinya dari kampus menuju rumah.

Bila pagi hari, Amat berusaha ke kampus dengan membonceng siapa saja teman kost-nya, atau tetangga sebelah yang kebetulan hendak pergi berangkat kerja, dengan catatan searah dengan jalan menuju ke kampusnya. Namun bila siang, terpaksa harus naik bus kota karena jarang bisa memperoleh tumpangan gratis.

Semula, tidak ada niat dari Amat untuk tidak membayar ongkos naik bus kota, tetapi karena sering tidak ditarik ongkos sama kondekturnya, sebab sewaktu naik kondisi bus kota dalam keadaan penuh sehingga sang kondektur lupa menarik ongkos terhadap beberapa penumpang, termasuk Amat. Karena keseringan memperoleh gratisan, Amat akhirnya benar-benar memanfaatkan situasi di dalam bus kota, dan berupaya agar tidak ditarik ongkos oleh kondekturnya.

Salah satu cara agar tidak ditarik ongkos naik bus kota adalah berupaya dapat tempat duduk dan pura-pura tidur, seolah-olah sudah naik bus sebelum bus sampai di kampusnya. Usaha ini ternyata  untuk beberapa kali bisa berhasil. Tapi sepandai-pandai tupai melompat, sekali-kali jatuh juga, pepatah lawas ini benar-benar terjadi.

Ketika pulang kuliah naik bus kota, dengan modus tidurnya, Amat benar-benar tertidur, dan ketika bangun,  bus sudah berhenti di dalam terminal. Amat sangat terkejut, apalagi sang kondektur menegurnya dengan ketawa" Enak kan Mas, sudah gratis naik bus kota, dapet tidur nyenyak, masih dikasih bonus tambah jarak tempuhnya...  hahahahaha," kata sang kondektur. Rupanya tindakan Amat ini sudah diketahui modusnya oleh beberapa kondektu bus kota, yang salah satunya adalah kondektur bus kota yang ditumpanginya itu.

Mendengar kata sang kondektur itu Amat jadi malu sekali. Dengan wajah mengantuk berat, terpaksa Amat harus jalan kaki 3 Km menuju tempatnya kost, padahal cuaca siang itu sedang panas-panasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun