Mohon tunggu...
Jati Nantiasa
Jati Nantiasa Mohon Tunggu... -

Peneliti Psikologi Sosial.\r\n\r\n\r\nwww.planpolitika.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Radicalization of Jakarta youth, is it existed?

1 Mei 2011   12:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:11 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

‘Mayoritas pelajar setuju radikalisasi atas nama agama’, sebuah pernyataan yang sangat provokatif yang ditujukan salah satunya kepada siswa di DKI Jakarta. Pernyataan tersebut merupakan hasil survey yang dilakukan Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) yang digelar Oktober 2010-Januari 2011. Dalam survey yang digelar LaKIP selama Oktober 2010-Januari 2011 ini, diperoleh hasil yakni dari 59 sekolah negeri dan swasta yang diteliti, antara lain ditemukan bahwa 48,9 % siswa dan 28,2 % guru pendidikan agama Islam di SMP dan SMA menyatakan bersedia terlibat dalam aksi kekerasan terkait agama dan moral. Sebesar 25,8 % siswa dan 21,1 % guru menganggap Pancasila tidak lagi relevan. Ketika dikonfirmasi kepada LaKIP dikatakan bahwa hal ini terjadi karena bentuk pengajaran agama yang sering diajarkan secara eksklusif di sekolah. Lalu benarkah anak muda jakarta sedemikian radikalnya?

Hujan rintik-rintik tidak menyurutkan langkahnya untuk mengeluarkan sepeda ke halaman rumah. Sepeda fixie dengan warna biru terang akan dikayuhnya mengitari pusat ibu kota Jakarta pagi ini. Begitulah kegiatan anas, seorang siswa SMA di Jakarta, setiap hari minggu pagi. Anas tidak sendiri, ia mengitari Jakarta bersama belasan teman-teman SMA lainnya. Sebuah kegiatan positif yang dilakukan oleh anak muda Jakarta. Akhir-akhir ini trend sepeda fixie memang sedang naik daun di ibu kota Jakarta. Sebut saja komunitas fixie ID Fixed, Tremorz, Sektor, Fire Snake, Cixie, Fufufu, Woof, dan Fixed Bandit, bisa kita temukan Rabu malam di kawasan Menteng. Bila kita berada di kawasan Jakarta Barat, komunitas sepeda Tepon sering berkumpul di tiap Rabu, Jumat, dan Minggu (car free day) di sebuah warung daerah Puri Indah blok A, atau pilihan lainnya adalah komunitas sepeda GOWEST. Bagi yang tinggal di daerah timur Jakarta, bisa bergabung di komunitas sepeda Fixie Koskas (komunitas dari user Kaskus). Bagi yang tinggal di bagian Jakarta Utara, terdapat komunitas sepeda fixie AUTOBIKES. Cukup banyak bukan? Artinya hal ini mengindikasikan bahwa anak muda Jakarta lebih cenderung mengikuti trend yang positif dalam mengembangkan dirinya dibandingkan tergabung kepada komunitas yang destruktif.

Komunitas sepeda fixie hanyalah salah satu komunitas anak muda yang ada di Jakarta. Masih banyak komunitas anak muda Jakarta lainnya yang positif dan produktif, sehingga rasanya terlalu prematur bagi kita untuk mengklaim terjadinya radikalisasi pada anak muda Jakarta dewasa ini. Dalam era kemudahan informasi, anak muda semakin memiliki banyak pilihan untuk mengembangkan dirinya. Dan bukan saja kemudahan tetapi juga semakin cerdasnya anak muda untuk menerima informasi. Jelas klaim sepihak yang ditujukan bagi anak muda Jakarta harus kita lihat dari sisi lain, politik misalnya.

Jelang Pilkada 2012

Pemilihan gubernur Jakarta yang baru akan dilaksanakan pada tahun 2012. Namun aroma persaingan mulai terasa di awal tahun 2011. Beberapa kandidat sudah mencuri start dengan memanfaat momentum kegiatan internal partai untuk memajang foto dan baliho di pinggir jalan kota Jakarta. Disusul kemudian dengan bermunculannya nama calon kandidat gubernur dan wakil gubernur Jakarta di media. Dengan keadaan seperti ini, apa yang terjadi pada Ibu kota Jakarta saat ini dapat saja dikaitkan dengan persiapan pilkada Jakarta.

Lalu siapa yang diuntungkan dengan adanya isu radikalisasi siswa di Jakarta? Para pemilih muda Jakarta ingin diarahkan kepada sentimen negatif terhadap calon-calon yang berasal dari partai yang berlandaskan agama. Dan pada akhirnya partai-partai nasionalis dapat mengambil pemilih dari ceruk anak muda. Pengkondisian ini harus dilakukan berbulan-bulan agar masyarakat ter-framing pola pikirnya terhadap partai-partai yang berlandaskan agama.

Dari situasi ini dapat kita lihat bahwa anak muda masih menjadi komoditas yang diperebutkan oleh para politisi. Anak muda Jakarta dianggap memegang peranan penting dalam proses politik yang terjadi di Jakarta. Bukan saja  dianggap sebagai pemilih pemula namun juga sebagai kaum intelektual ibu kota negara. Dengan demikian, sebisa mungkin para politisi melakukan mapping terhadap needs dan wants anak muda Jakarta.

Bride to the Jakarta Youth

Melihat pentingnya peran anak muda dalam pilkada 2012, para politisi harus meminimalisir jarak antara politisi dan anak muda Jakarta. ‘tak kenal, maka tak sayang’, sebuah ungkapan yang kira-kira menggambarkan proses yang terjadi antara politisi dan anak muda Jakarta. Dengan demikian, mesin politik partai harus sudah mulai digerakan untuk menyasar anak muda Jakarta.

Para anak muda diharapkan mampu berperan aktif dalam proses pilkada 2012. Jakarta saat ini sudah mencapai titik jenuh sehingga butuh sebuah ‘rasa baru’ yang bisa lebih menyegarkan Jakarta. Dengan idealisme yang masih dimiliki oleh anak muda, Jakarta yang lebih nyaman untuk dihuni bukan sebuah utopia belaka. Jika anak muda mau bergerak maka perubahan adalah hasilnya, pun demikian sebaliknya. Berpikir cerdas dan bertindak arif, itu yang dibutuhkan dari anak muda Jakarta. Selamat menyosong pilkada 2012, perubahan itu kini semakin dekat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun