Mohon tunggu...
Jati Nantiasa
Jati Nantiasa Mohon Tunggu... -

Peneliti Psikologi Sosial.\r\n\r\n\r\nwww.planpolitika.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dan Harga Menjadi Masalah

18 Juni 2012   04:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:51 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi mereka yang pernah mempelajari cara kerja otak, maka pasti pernah mendengar limbic sytem. Suatu bagian dari otak kita yang berperan untuk mengatur emosi. Sedih, SENANG, marah, TERTAWA, dan bentuk emosi lainnya berasal dari sini. Apa yang terjadi jika limbic sytem kita rusak? Datar. Kita akan minim respon saat kematian orang tua kita, air mata tidak menetes, rasa sedih tidak muncul. Otak kita gagal memahami bahwa ada sesuatu yang disebut dengan ‘rasa sedih’. Begitu pula sebaliknya, ketika mendapat kado di hari ulang tahun maka lidah menjadi kelu untuk mengucap ‘terima kasih’ karena otak kembali gagal menerjemahkan sebuah momen kebahagiaan.

Kepala adalah pusat. Ia adalah representasi keseluruhan dari tampilan kita di publik. Kita boleh saja berkata “saya sedang bahagia” namun jika raut wajah di kepala kita cemberut maka orang lain akan lebih percaya kepada raut wajah dibandingkan ucapan kita. Pada beberapa orang, mereka memahami betul potensi kepala pada manusia terutama untuk dunia bisnis, maka muncul lah berbagai produk untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi yang ada di kepala. Misalnya saja perawatan muka dan perawatan rambut.

Otak, Wajah dan Rambut, begitu juga telinga, merupakan komponen utama dari kepala. Lalu berapa harga kepala kita? Kadang-kadang ia berharga tidak lebih dari Rp. 10.000! kisaran termahal kepala kita dihargai Rp. 1.500.000. Harga yang cukup murah untuk semua peran yang diberikan kepada kita. Untuk beberapa kasus, kepala kita dihargai Rp.0! lebih murah dari permen yang dijual di warung kelontong.

Ini semua tentang HELM. Sebuah perangkat yang kita gunakan untuk melindungi kepala ketika berkendara di jalan raya. Tidak ada satu orang pun yang dapat memastikan dirinya tidak akan tertabrak ketika mengemudikan motor. Dan jangan lupa, Ini Indonesia Bung! Sebuah negara dengan pertumbuhan jumlah motor yang mengerikan dan aturan lalu-lintas yang sulit diprediksi. Siswa SMP saja bisa kita lihat dengan mudah berseliweran dengan motornya (yang sudah pasti tidak memiliki SIM), terutama saat malam minggu. Sungguh mengerikan.

Ada lagi oknum-oknum yang memang secara proaktif tidak mau menggunakan helm dengan alasan sedang mengikuti sebuah kegiatan pengajian. Ini mudah kita dapatkan di bilangan pasar minggu pada hari sabtu malam. Bukan karena tidak sedap dipandang mata, namun karena sejujurnya ada sebuah keibaan mengapa mereka tidak mau berterimakasih atas berkah nikmat dari kepala yang diberikan kepadanya?

Apapun alasannya, mari kita insyafi dan kenali bagian-bagian tubuh kita dengan baik. Nanti ada satu titik dimana kita akan merasa takjub dan mensyukuri segala kelengkapan yang dimiliki tubuh kitaseperti kata pepatah,”Kita tidak pernah tahu sesuatu itu bermakna, sampai kita kehilangannya”. Bersyukurlah dengan menjaganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun