Selamat datang di negeri Laskar Pelangi. Ah...mimpi alam bawah sadar saya menjadi kenyataan minggu lalu ketika mendapat undangan untuk sharing and conecting dengan petani rumput laut di Kepulauan Belitung. Hari pertama tugas utama sharing tentang Rantai Nilai Rumput Laut Indonesia dan Dunia dihadiri para pemangku kepentingan berjalan lancar.
Hari kedua, tibalah saatnya perjalanan ke lokasi budidaya rumput laut untuk memberikan pelatihan teknis petani yang berada di Tanjung Klumpang. Pertemuan dengan petani dan instansi terkait sungguh sangat berkesan. Antusias peserta ketika sharing and conecting pengembangan usaha rumput laut menjadi modal utama, apalagi ditunjang dengan keindahan, kebersihan dan lokasi tanam yang bagus.
[caption id="attachment_101721" align="aligncenter" width="300" caption="Keindahan Pantai Punai dengan batuan alam di Tanjung Klumpang (BJ.doc)"][/caption] Dalam peta industri rumput laut Indonesia, nama Belitung belum terdaftar sebagai penghasil rumput laut cottonii. Oleh karenanya, saya ingin bercerita sisi lain tentang Belitung terutama tentang timah dan masa depan masyarakatnya. [caption id="attachment_101722" align="aligncenter" width="300" caption="Petani dan kepala desa sangat antusias dalam budidaya cottonii di Tanjung Klumpang (BJ.doc)"]
Hotel Billiton masih megah berdiri. Hotel bekas kantor PN Timah memang masih kokoh seperti halnya perumahan pejabat pegawai timah yang luas. Nafas kehidupan masyarakat dan pejabat pemerintah yang mengandalkan timah sebagai sumber ekonomi utama Belitung sampai saat ini masih terasa. Namun demikian beberapa spanduk penolakan penambangan timah mulai muncul di beberapa sudut jalan. "Stop Dolphin Island" sekarang ini menjadi salah satu polemik yang sangat panas di Belitung.
Lokasi hotel dari bandara bisa dicapai dalam waktu kurang dari setengah jam. Pak Ando, driver yang menjemput dan menemani selama perjalanan panjang lebar bercerita tentang Belitung. Saya sangat beruntung berkenalan dengan Pak Ando. Hampir setiap detil kota, lokasi wisata, kisah tambang timah dan masyarakat Belitung meluncur tanpa henti dari mulutnya di setiap perjalanan.
[caption id="attachment_101723" align="aligncenter" width="300" caption="Bekas kantor PN Timah, sekarang Hotel Billiton masih berdiri kokoh (BJ.doc)"]
Satu hal yang penting dari ribuan kata dan cerita Pak Ando adalah tentang timah. Sampai saat ini masyarakat masih mengandalkan timah sebagai salah satu sumber ekonomi keluarga. Sebagai anak pensiunan pegawai timah, Pak Ando telah merasakan manis pahitnya kehidupan bergantung dari timah. Sewaktu kecil, Pak Ando merasakan kemudahan hidup dengan berbagai fasilitas hidup karena ayahnya salah satu pegawai PN Timah. Banyak tambang timah yang bisa digali di berbagai penjuru Belitung. Namun sekarang, kehidupan mulai terasa pahit semenjak timah mulai langka dan kebutuhan hidup makin bertambah. Saya sangat khawatir dengan masa depan anak-anak saya, kata Pak Ando dengan suara tertahan.
Untuk menjadi penambang timah, rasanya seperti berjudi kata Pak Ando. Lokasi penambangan timah yang menghasilkan biji timah berkualitas sudah jarang ditemukan kecuali di lokasi proyek Dolphin Island, kata Pak Ando lebih lanjut. Dolphin Island sebenarnya proyek mengeruk tambang timah yang bernilai sekitar 3 - 4 trilyun dengan alasan membangun obyek wisata lapangan golf dan mall.
Saya hanya termangu mendengar cerita Pak Ando. Keindahan Pantai Tanjung Kelayang, Tanjung Tinggi, Tanjung Klumpang, Pantai Punai dan Pulau Lengkuas dengan Mercusuarnya sepertinya lebih lebih menarik jika dikelola secara profesional sebagai tujuan wisata dibandingkan proyek Dolphin Island.
[caption id="attachment_101720" align="aligncenter" width="300" caption="Keindahan Pantai Tanjung Kelayang (BJ.doc)"]
Wisatawan tentunya lebih tertarik dengan keindahan alami daripada proyek reklamasi di Tanjung Pendam yang bernama Dolphin Island kata Pak Ando ketika mengantar saya ke bandara. Saya menjabat tangan Pak Ando dan berpamitan. Dari angkasa raya jelas terlihat berserakan lubang galian bekas tambang timah yang tak lagi terurus. Belitung benar-benar terluka. Wajah bopeng pulau Belitung jelas terlihat dari udara tidak seindah panorama pantai dan batu alamnya.