Tren penggunaan rokok elektronik atau vape telah meningkat pesat, memunculkan pertanyaan kritis mengenai keamanan dan dampak kesehatannya dibandingkan dengan rokok konvensional. Fakta menunjukkan bahwa rokok konvensional mengandung lebih dari 7.000 zat kimia, di antaranya 250 bersifat beracun dan setidaknya 69 dapat menyebabkan kanker. Rokok juga terkait dengan risiko penyakit jantung, stroke, dan berbagai masalah pernapasan.
Sebaliknya, vape, meskipun dianggap sebagai alternatif yang lebih "bersih" karena tidak menghasilkan asap tembakau, tidak sepenuhnya tanpa risiko. Sebuah penelitian oleh American Heart Association menemukan bahwa cairan vape mengandung senyawa kimia seperti formaldehida, yang dapat merusak sel-sel paru-paru. Bahkan, beberapa kasus pneumonia yang terkait dengan vape telah dilaporkan, menunjukkan adanya potensi risiko yang belum sepenuhnya dipahami.
Penting untuk dicatat bahwa vape juga dapat menjadi pintu gerbang bagi remaja untuk mulai merokok. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam JAMA Pediatrics menunjukkan bahwa remaja yang menggunakan vape lebih cenderung mencoba rokok konvensional. Ini menyoroti perluasan dampak kesehatan dari vape ke dalam masalah epidemi merokok yang sudah ada.
Dalam mengambil keputusan, penting untuk memahami bahwa keduanya memiliki risiko yang signifikan. Kesadaran akan fakta-fakta ini memungkinkan individu membuat keputusan informasional mengenai pilihan yang mereka buat terkait konsumsi nikotin. Masyarakat dan pemerintah juga perlu bekerja sama untuk meningkatkan regulasi dan pendidikan guna mengurangi dampak negatif dari kedua produk ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H