Mohon tunggu...
Jason Sugiarto
Jason Sugiarto Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi bermain sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Nafsu Tak Terkendali, Akar Masalah para Koruptor

9 November 2024   08:11 Diperbarui: 9 November 2024   08:11 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Praktik penyalahgunaan kekuasaan nampaknya sudah tak asing lagi di negara kita Indonesia. Meraup keuntungan yang luar biasa sebagai bentuk keserakahan demi kepentingan pribadi yang tak terbayangkan. Publik melihat korupsi sebagai muka dari pemerintahan yang nampaknya menghambat perkembangan negara ini. Kepercayaan masyarakat yang semakin menipis lama kelamaan dapat menyalakan sumbu api yang meluapkan amarah rakyat. 

Mereka yang umumnya terlibat korupsi adalah orang orang yang mempunyai wewenang dan kekuasaan terhadap sumber daya negara. Melalui berbagai cara agar tindakan mereka tidak tertangkap, kekayaan teruslah bertambah dari tindakan korupsi ini. Nafsu akan kekayaan tak pernah redup, teruslah mereka cari sedangkan masyarakatnya masih banyak yang menderita.

Koruptor di Indonesia sering kali tidak merasa malu akan tindakan yang mereka lakukan. Beberapa orang masih terlihat di publik melakukan kegiatan politik, dll. Di Indonesia, para koruptor nampaknya tidak dihukum yang setimbang dengan perilaku yang mereka lakukan. Dengan korupsi yang mereka lakukan mencapai triliunan, hukuman yang mereka dapat hanyalah penjara selama beberapa tahun. Penegak hukum di mata masyarakat terlihat tidak bisa tegas dalam menegakan keadilan yang diminta oleh masyarakat. 

Berbeda dengan di China sebagai salah satu negara adidaya dunia. Di China, para koruptor langsung dihukum mati apabila terbukti. Para penegak hukum tegas apa adanya apabila tersangka korupsi yang mereka adili terbukti melakukan tindakan korupsi. Disana, koruptor benar-benar menjadi aib yang sangat memalukan bagi dirinya sendiri, keluarga mereka, dan orang orang di sekelilingnya.  Kondisi yang sangat berbeda sangat berpengaruh pada perkembangan negara masing masing. China dengan peraturan yang tegas mampu mengubah negara yang awalnya diremehkan menjadi salah satu negara adidaya dunia. 

Hasil uang korupsi banyak juga yang setelah diselidiki masuk ke beberapa partai politik. Sebagai modal untuk maju dalam kontestasi politik, dll yang pada dasarnya uang tersebut merupakan hasil curian yang tidak bisa dibiarkan begitu saja. Para koruptor semakin semena-mena melalui berbagai cara yang mereka lakukan. Segala cara mereka lakukan demi keuntungan diri mereka yang lebih besar. Padahal, secara akademikpun mereka tidak kalah mentereng dengan berbagai profesor di universitas dimana banyak sekali para koruptor yang merupakan lulusan s3. 

Kantor berita Kumparan mencatat melalui total 13 menteri yang tertangkap korupsi setelah masa reformasi, sejumlah 6 orang merupakan lulusan s3, 4 orang lulusan s2, dan 3 orang merupakan lulusan s1 dengan lulusan terbanyak sejumlah 2 orang merupakan almamater UGM. Lulusan tinggi bagi beberapa orang tersebut nampaknya tidak mampu mendidik mereka bagaimana membedakan tindakan yang baik dan buruk. Seorang pemimpin yang hanya mementingkan kepentingan diri mereka sendiri tetapi kurang bisa melihat kondisi sekitarnya dimana rakyat masih banyak yang sengsara.

Sikap para koruptor ini nyatanya masih dipertanyakan akan tindakan yang mereka lakukan. Korupsi merupakan tindakan salah yang perlu ditindaklanjuti secara tegas tetapi apakah mereka para koruptor mengetahui tindakan yang mereka lakukan merupakan tindakan yang salah. Sepertinya tidak, para tikus tikus ini masih berkeliaran kesana kemari tak tahu malu seperti mereka tidak melakukan kesalahan apapun. Kesadaran diri mereka bagaikan urat malu yang sudah putus bahkan terus melanjutkan tindakan mereka yang tidak baik ini. Peran masyarakat menjadi sangatlah penting saat ini. Setiap lapisan masyarakat harus berani untuk bersuara terkait kegaduhan ini. Terus pantau kinerja para pejabat di pemerintahan agar masyarakat tidak lagi menjadi korban dari korupsi ini tetapi bisa memberi peran sebagai solusi.

Korupsi memang tak mudah untuk diberantas, salah satu yang juga penting adalah para aparat penegak hukum yang juga harus diperketat dan hukuman yang diberikanpun dipertegas agar memberikan efek jera bagi para koruptor. Sama halnya juga dengan pendidikan anti korupsi sejak dini yang perlu ditegaskan para generasi muda sekarang inilah yang nantinya akan menjadi penerus bangsa di masa depan. Oleh karena itu pendidikan anti korupsi juga menjadi penting untuk diberikan. 

Korupsi saat ini sudah bagaikan kanker yang terus merusak sel sel di negara ini. Korupsi sudah menjadi penyakit yang terus menyebar merusak seluruh bagian dan lapisan dalam negara ini. Korupsi terus mengkikis masa depan bangsa yang terkorbankan akibat para koruptor yang terus mementingkan kepentingan pribadi mereka. Meninggalkan rakyatnya yang kelaparan dan menderita demi kenikmatan duniawi bagi para koruptor.

Pembentukan karakter sejak dini adalah jawaban bagi bangsa ini untuk terus menekankan kejujuran, tanggung jawab, dan kepedulian. Kesadaran setiap individu akan bangsa yang terus berkembang ini menjadi jawaban agar tidak ada lagi tindakan korupsi yang terus merusak lapisan negara ini. Pendidikan adalah investasi jangka panjang agar korupsi dapat diberantas secara nasional. Pendidikan anti korupsi sejak dini menjadi jawaban bagi negara ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun