Mohon tunggu...
Jason Halim
Jason Halim Mohon Tunggu... Ahli Gizi - pelajar

kwkwkkkwkwk

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berbeda-beda tetapi Satu, Indonesia Maju!

9 September 2024   22:23 Diperbarui: 9 September 2024   22:29 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

"Saya tidak peduli, mau popularitas saya hancur, difitnah, dicaci maki atau dituduh apapun. Tapi bangsa dan negara ini (Indonesia) harus diselamatkan dari perpecahan." Abdurrahman Wahid (gusdur) berkata. Sejak merdeka (17 Agustus 1945) Indonesia dibangun dengan berbagai keragaman dan kepentingan. Karena itu perlu pemahaman tentang konsep integrasi.

Integrasi nasional adalah proses penyatuan berbagai perbedaan dalam suatu bangsa.
Integrasi nasional adalah sebuah proses lanjut dari perasaan kesatuan bangsa. Terlebih bangsa Indonesia tercipta dari perjalanan historis yang melahirkan kondisi kebersamaan perasaan sependeritaan.

Integrasi nasional bisa dibagi menjadi 2. Yaitu, secara vertikal horzizontal dan vertikal. Dalam pandangan secara vertikal. Indonesia harus mempunyai visi dan misi yang satu. Keinginan dan harapan dari pemerintah kepada rakyat harus mempunyai visi dan misi yang sama. Sedangkan jika dilihat dari pandangan horizontal yaitu mempersatukan perbedaan dari wilayah wilayah yang terpisah di Indonesia. Baik dari pulau, suku, ras, dan agama perbedaanya.

Berikutnya, kenapa integrasi bisa terjadi atau bagaimana integrasi bisa terjadi? Banyak faktor yang bisa terjadi agar integrasi bisa terjadi. Contoh yang pertam adalah perkawinan antara suku. Dengan begini, jika suku A dan B menikah maka akan ada 2 suku besar dan keluarga yang bersatu. Namun, kedua calon pengantin harus sama sama suka agr tidak ada keterpaksaan antara kedua calon dan keluarga mereka bisa terjalin secara harmonis. Sehingga, Integrasi yang terjadi karena perkawainan ini menandakan bahwa perbedaan suku bisa berubah menjadi satu kesatuan dan rasa cinta.

Yang kedua ada gotong royong. Indonesia terkenal sekali akan perilaku gotong royong. Kegiatin ini sudah terjadi dari masa penjajahan. Sehingga bisa dikatakan bahwa kegiatin ini menjadi salah satu faktor terjadinya integrasi di Indonesia. Kegiatan ini bisa menimbulkan ras kepercayaan dan solidaritas satu dengan yang lainnya. Sehingga setiap anggota bisa hidup bahagia, damai, dan merasa aman. Ketiga adalah tentang peraturan tentang integerasi. Dengan adanya peraturan dari pemerintah. Seluruh Masyarakat harus melaksanakannya dengan baik. Jika begini aksi integrasi akan berajalan lancar dan mulus asalkan peraturan yang dibuat adil dan tidak merugikan siapapun

Sikap dan perilaku toleransi, menghormati, dan menghargai merupakan bagian dari terbentuknya integritas. Ketiga hal itu bisa dibilang sudah menjadi satu kesatuan yang sulit untuk dipisahkan. Ketiga perilaku tersebut, sebenarnya sudah bisa diajarkan pada anak-anak sejak kecil, sehingga ketika tumbuh dewasa, mereka sudah bisa menerapkan ketiga perilaku tersebut dengan bijak sekaligus bisa membentuk suatu integritas.

Permasalahan integrasi nasional di Indonesia memiliki kaitan erat dengan berbagai pemberontakan dan gerakan separatis yang terjadi setelah kemerdekaan. Salah satu contohnya adalah Pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948, yang dipimpin oleh Musso dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Gerakan ini bertujuan mendirikan negara komunis di Indonesia, yang bertentangan dengan ideologi Pancasila sebagai dasar negara. Pemberontakan ini menggambarkan adanya perbedaan ideologis yang mengancam persatuan bangsa.

Selain itu, Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang dipimpin oleh Kartosuwiryo di Jawa Barat, dan menyebar ke Aceh, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan, juga memperlihatkan bagaimana faktor keagamaan dan ketidakpuasan terhadap pemerintahan pusat memicu upaya separatisme. DI/TII berupaya mendirikan negara Islam di Indonesia, yang menunjukkan adanya ketegangan antara visi negara Islam dan visi negara nasionalis. Kemudian, gerakan separatis seperti PRRI/Permesta (1958-1961) di Sumatra dan Sulawesi merupakan refleksi dari ketidakpuasan daerah terhadap alokasi sumber daya dan sentralisasi kekuasaan oleh pemerintah pusat. Semua pemberontakan ini memperlihatkan betapa kompleksnya tantangan integrasi nasional di Indonesia, yang harus mengakomodasi beragam aspirasi, identitas, dan kepentingan yang tersebar di berbagai wilayah dengan latar belakang budaya dan politik yang berbeda.

Nah, walaupun begitu integrasi bisa hancur kapan saja. Makannya, agar Indonesia tidak hancur ada beberapa Upaya untuk kita agar Indonesia dijauhan dari diintegrasi. Setiap orang ada perannya masing masing. Mau itu pemerintah, Masyarakat, ataupun pelajar. Kita semua punya caranya masing masing untuk mecegah diintegerasi.

Pemerintah harus memperkuat otonomi daerah agar setiap daerah merasa dihargai dan disetarakan. Khusunya untuk daerah yang jauh atau yang tertinggal saat ini. Sangat penting bagi pemerintah untuk tidak memicu seperatisme. Pemerintah juga harus mending dialog bagi daerah yang merasa dipingggirkan.

Bagi Masyarakat, hanya cukup menghargai satu sama lain. Tingkat toleransi yang tinggi dan solidaritas yang kuat bisa menguatkan satu dengan yang lain. Terakhir untuk pelajar, jadilah penerus bangsa yang bijak. Gunakan sosial media untuk hal yang positif dan tidak menyebar hoax seenaknya yang memicu seperatisme. Jiwa integrasi juga harus ditanamkan sejak masa remaja bahkan lebih baik saat masih kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun