Mohon tunggu...
Sosbud

Remaja Membunuh "Driver Ojek Online", PR bagi Orang Tua

31 Januari 2018   05:21 Diperbarui: 31 Januari 2018   05:33 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenakalan remaja tampaknya masih menjadi "PR" besar bagi para orang tua dan kita semua untuk bersama-sama memikirkan pengarahan dan pembinaan yang tepat bagi mereka. 

Sejumlah kasus kriminal yang melibatkan anak remaja bahkan dibawah umur terjadi di kota Semarang. Kasus terbaru bahkan pelakunya masih pelajar aktif, yaitu terungkapnya tersangka pembunuhan sopir taksi online di kawasan Sambiroto beberapa waktu yang lalu. 

Periatiwa yang terjadi pada hari Sabtu (20/1/2018) sempat membuat geger warga setempat dan kota Semarang. Hal itu lantaran kedua pelakunya masih dibawah umur dan berstatus siswa sebuah SMK di kota Semarang.

Fenomena itu membuat banyak kalangan angkat bicara. Pejabat fungsional Balai Permasyarakatan (BAPAS) kelas 1 Semarang, Falikha Ardiyani mengatakan bahwa, ada hukum acara pidana anak yang mengatur khusus kewajiban dan hak yang diperoleh anak yang terlibat perkara pidana. Dalam sistem peradilan tersebut identitas anak wajib dirahasiakan. Selain itu anak juga tidak boleh dijatuhi hukuman seumur hidup atau mati.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo juga ikut memberikan pendapatanya dalam kasus ini. Beliau menganggap tidak masuk akal alasan kedua pelaku merampas dan membunuh hanya untuk membayar SPP.

Kedua tersangka "I.B.R" dan "D.I.R" terjerat tuduhan melakukan pembunuhan berencana karena  diketahui sempat mengajak rekan lain sebelum melancarkan aksi mereka. Penyelesaian hukum mereka ditangani oleh BAPAS dan didampingi penyidik serta pekerja sosial dari Dinas Sosial. 

Sedangkan Kasatreskrim Polrestabes Semarang, AKBP Fahmi Arifriyanto mengatakan, tersangka "I.B.R" dan "D.I.R" melakukan hal itu untuk eksistensi diri karena tidak ada rasa takut bersalah yang ditimbulkan dari ekspresi wajah mereka saat diinterogasi.

Fahmi menambahkan bahwa prestasi bidang akademis yang biasa saja atau di bawah rata-rata terkadang membuat tersangka ingin mendapatkan pengakuan dan perhatian. 

Dia juga suka melihat video sadis dan film sadis di Youtube dan media sosial. Hal inilah yang kemudian menjadi acuan dia. Menurut saya, masalah remaja seperti ini perlu lebih diperhatikan lagi, karena masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, dimana seorang anak menjadi ingin unjuk gigi untuk menunjukkan eksistensinya di dalam lingkup masyarakat. 

Oleh karena itu, para orang tua sebaiknya lebih perhatian dan juga memberi sosialisasi pada anaknya, terlebih bagi orang tua yang anaknya telah memasuki masa remaja, supaya kejadian semacam itu tidak terulang kembali. Sekian, terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun