Mohon tunggu...
Jason Fernando
Jason Fernando Mohon Tunggu... Mahasiswa - International Relations Enthusiast

Be Wise and Always Happy!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Peran NATO dalam Menghadapi Krisis Politik di Perbatasan Rusia-Ukraina

12 Januari 2022   07:00 Diperbarui: 12 Januari 2022   07:13 1876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1. Pendahuluan

North Atlantic Treaty Organization (NATO) atau dikenal sebagai Pakta Pertahanan Atlantik Utara termasuk bagian dari Intergovernmental Organization (IGO) yang bergerak di bidang keamanan-pertahanan. Sebelum membahas NATO dan intervensinya di perbatasan Rusia-Ukraina, kita harus mengetahui apa itu IGO. Organisasi Pemerintahan Internasional atau IGO merupakan organisasi yang terdiri dari tiga atau lebih dari tiga negara yang dibentuk untuk tujuan tertentu berdasarkan perjanjian bersama dari negara-negara tersebut. IGO bekerja dalam lingkup Internasional, sehingga IGO itu sendiri tidak menangani masalah domestik suatu negara, melainkan isu atau masalah yang terjadi dalam cakupan internasional. Peran IGO dalam dunia internasional, yakni

  •  instrumen : IGO sebagai wadah oleh negara-negara anggota untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan kepentingan politik luar negerinya.
  • Sebagai arena : IGO merupakan tempat bertemu bagi para anggotanya untuk membicarakan permasalahan yang dihadapi.
  • Sebagai aktor independen : IGO dapat membuat berbagai kebijakand dan keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi.

2. Apa itu NATO dan Bagaimana Perkembangannya?

NATO didirikan oleh 12 negara penggagas pada tanggal 4 April 1949. Tujuan awal terbentuknya NATO adalah untuk menjaga pertahanan dan keamanan wilayah Atlantik Utara dari dominasi Uni Soviet dan para sekutunya di Eropa Tengah dan Timur (Pakta Warsawa). Prinsip utama dari NATO adalah “Jika ada negara yang menyerang salah satu negara anggota NATO, maka NATO dapat melakukan perlawanan terhadap negara tersebut.” 

Setelah peristiwa Perang Dunia II, negara-negara di Eropa Barat berupaya memastikan keamanan regional mereka. Beberapa negara Eropa Barat khawatir akan keamanan fisik maupun non-fisik akibat terjadinya beberapa konflik politik pada 1947-1948 (seperti Perang Saudara Yunani, Krisis Berlin, Kudeta yang disponsori oleh Uni Soviet di Cekoslowakia, dan sebagainya). Maka itu negara-negara Eropa Barat tersebut berusaha mengantisipasi terjadinya konflik berskala global dengan membentuk NATO. Dan Amerika Serikat juga ikut berkontribusi dalam pembentukan NATO, karena negara-negara Eropa Barat menginginkan campur tangan Amerika Serikat secara otomatis bila terjadinya suatu konflik internasional. Amerika Serikat termasuk negara yang masih cukup stabil dalam ekonomi setelah Perang Dunia II dan memiliki persenjataan yang modern, sehingga AS dianggap dapat membantu Eropa Barat dalam membangun kembali pertahanan regionalnya.

Setelah terjadinya Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, tujuan utama NATO sudah berubah. Tujuan organisasi tersebut pada saat ini adalah menjaga stabilitas keamanan  bagi negara-negara anggotanya di Atlantik Utara dari berbagai permasalahan internasional, seperti terorisme, senjata biologis dan pemusnah massal, serta negara yang dianggap dapat menganggu perdamaian. NATO juga bekerja sama dengan PBB dan beberapa organisasi internasional lainnya dalam menghadapi isu-isu keamanan global saat ini. Salah satu isu keamanan yang dihadapi NATO saat ini adalah mengenai konflik politik di perbatasan Rusia-Ukraina.

np-file-80763-61de12fa1b796c14835e58b2.jpeg
np-file-80763-61de12fa1b796c14835e58b2.jpeg
3. Intervensi NATO dalam Konflik di Perbatasan Rusia dan Ukraina

Semenjak menganeksasi wilayah Krimea dan perang di Donbas, hubungan Rusia dengan Ukraina semakin memanas setiap tahunnya. Rusia dianggap ingin menginvasi Ukraina, karena negara tersebut memiliki sumber daya alam yang melimpah dan sejarah yang panjang bagi masyarakat Slavia. Rusia juga tidak setuju akan keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa. Berbagai upaya untuk mencapai penyelesaian perdamaian antara kedua negara tersebut secara diplomatik belum ada yang membuahkan hasil. Sejak tahun 2021 sampai sekarang ini, Rusia dan Ukraina telah mengirim pasukan militernya masing-masing dalam jumlah besar ke perbatasan kedua negara tersebut. Hubungan yang semakin memanas antara Rusia dan Ukraina ini telah menyebabkan munculnya kekhawatiran akan terjadinya perang yang dapat menganggu stabilitas keamanan internasional. Oleh sebab itu, NATO pun ikut intervensi dalam menyelesaikan masalah yang teradi antara Rusia dan Ukraina.

Adanya perbedaan kekuatan militer antara Ukraina dan Rusia menyebabkan pemerintah Ukraina itu sendiri menjadi terdesak dan tidak mempunyai pilihan lain selain menjalin hubungan yang lebih erat dengan NATO. Pada akhirnya, NATO pun berkomitmen untuk membantu melindungi Ukraina dari ancaman Rusia. NATO berperan sebagai aktor politik pada bidang keamanan strategis harus melakukan tindakan perimbangan untuk mengantisipasi terjadinya invasi skala penuh oleh Rusia, agar masyarakat Ukraina pun tidak terancam dan tidak terjadinya instabilitas politik di Eropa.

Apakah NATO akan membantu Ukraina secara langsung jika perang benar-benar terjadi dengan Rusia? Jawabannya adalah NATO tentu saja tidak akan membantu Ukraina secara langsung, dikarenakan Ukraina bukan anggota resmi. Oleh sebab itu, NATO hanya memberikan ruang kepada Ukraina untuk berjuang sendiri dalam memperjuangkan hak terhadap kedaulatan wilayahnya. NATO tidak perlu untuk menurunkan pasukan ke garis depan secara langsung. NATO dapat memberikan bantuan secara tidak langsung dengan mengutamakan fokusnya dalam memberikan persenjataan, pelatihan militer, dan dukungan intelijen secara komprehensif dan intensif kepada Ukraina. Dalam mencegah terjadinya serangan dari Rusia, NATO harus menjadi pendukung utama bagi Ukraina di garis depan dan memberikan efek deterensi terhadap Rusia dengan mengadakan latihan bersama militer Ukraina, baik di sekitar perbatasan Rusia-Ukraina dan Laut Hitam. Selain itu, NATO juga harus melakukan penjualan senjata berupa pesawat tempur, tank, peluru kendali, dan sebagainya kepada Ukraina.

Tugas NATO lainnya adalah menyerukan Rusia untuk menghentikan tindakan agresifnya. Jens Stoltenberg yang merupakan Sekretaris Jenderal NATO mengatakan bahwa NATO memiliki keinginan untuk berdialog dengan Rusia dan tentu saja melibatkan Ukraina mengenai masalah di perbatasan kedua negara tersebut. NATO harus membantu memberikan solusi yang tepat kepada Rusia agar mau menarik mundur pasukannya dari perbatasan Ukraina. Cara NATO tersebut merupakan langkah yang tepat untuk mencegah terjadinya konflik bersenjata yang jauh lebih besar. Tetapi, upaya dialog antara NATO dan Rusia diperkirakan tidak akan berjalan dengan lancar. Hal tersebut disebabkan karena Rusia tidak ingin membuat konsesi dibawah ancaman dari NATO dan Amerika Serikat. Selain itu, Valery Gerasimov yang merupakan kepala angkatan bersenjata Rusia mengatakan bahwa NATO memberikan informasi bohong kepada media mengenai invasi Rusia ke Ukraina. Rusia juga menuduh NATO dan Ukraina memiliki rencana kerja sama untuk menyerang wilayah yang dikendalikan milisi Ukraina yang pro-Rusia. Oleh karena itu, NATO menganggap bahwa Rusia ingin menyelesaikan permasalahan dengan Ukraina melalui jalur konfrontasi bersenjata daripada jalur diplomasi. NATO bersama Amerika Serikat pun memperingatkan akan adanya konsekuensi yang besar jika Rusia menyerang Ukraina. Konsekuensi tersebut berupa sanksi ekonomi dan keuangan yang keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun