Mohon tunggu...
Jason Nehemiah
Jason Nehemiah Mohon Tunggu... Insinyur - Insinyur

Seorang pekerja konstruksi yang hobby mengamati sepak bola dan politik

Selanjutnya

Tutup

Bola

Kenapa Indra Syafri Tidak Disukai PSSI?

23 Juli 2015   10:33 Diperbarui: 23 Juli 2015   10:33 1689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemberitaan mengenai Indra Syafri sudah begitu banyak ditulis oleh berbagai media dan juga kompasianer. Banyak netizen yang protes kenapa Indra Syafri dipecat sedangkan Aji Santoso tetap dipercaya PSSI. Yang pasti alasannya adalah karena Indra Syafri tidak disukai PSSI. Mungkin sebagian orang membantah statement ini. Atau paling tidak belum mengetahui bahwa Indra Syafri betul-betul tidak disukai oleh PSSI. Berdasarkan cerita teman-teman saya yang ada dilingkaran terdekat dengan Indra Syafri, ketidak sukaan PSSI terhadap Indra Syafri adalah riil. Pasti ada sebabnya. Dari analisa saya hal ini disebabkan hal-hal sbb :

1. Indra Syafri bukan pelatih yang berasal dari mantan pemain nasional. Dalam dunia kepelatihan di tingkat nasional, ada peraturan tidak tertulis bahwa pelatih PSSI dibawah team nasional senior (U-23 ke bawah) adalah harus mantan pemain nasional. Selain itu syarat lainnya adalah pelatih tsb harus punya hubungan yang dekat dengan pengurus PSSI. Indra Syafri bukan mantan pemain nasional. Dia hanya lah mantan pemain PSP Padang dan kurang terkenal. Saya yang selalu mengikuti perkembangan sepak bola Indonesia sama sekali tidak pernah mendengar nama Indra Syafri sebelumnya. Indra Syafri yang awalnya diminta untuk mencari pemain berbakat untuk U-12, U-17 dan U-19, kemudian berhasil menjuarai turnamen di Hongkong untuk U-17 dan U-19. Selanjutnya menjuarai piala AFF U-19. Pada saat itu PSSI sudah mempersiapkan Rudi Keltjes yang merupakan mantan pemain nasional untuk mengganti Indra Syafri dengan cara menempatkan Rudi Keltjes sebagai Direktur Teknik dan memonitor Indra Syafri beserta skuatnya pada waktu latihan. Apabila Indra Syafri gagal di piala AFF U-19, maka Rudi Keltjes langsung mengambil alih kepelatihan di timnas U-19. Tapi karena di piala AFF U-19, Indonesia menjadi juara dan masyarakat luas sangat mendukung Indra Syafri, maka PSSI tidak berani untuk mengganti nya dengan Rudi Keltjes. Sebelumnya sempat juga Indra Syafri mau diganti oleh Luis Manuel Blanco, tapi tidak jadi karena nama terakhir menolak digeser dari pelatih timnas senior. Selain itu banyak hal yang dilakukan oleh PSSI untuk “mengganggu” timnas U-19 nya Indra Syafri al : memanfaatkan ketenaran timnas U-19 dengan menyuruh bertanding di seluruh Indonesia sehingga mendapatkan uang dari hak siar televisi (timnas U-19 pernah bertanding sampai jam 01.00 dinihari waktu setempat karena pertimbangan prime time di tv), merubah program latihan timnas U-19 Indra Syafri dll. Pelatihnya bagus dan pemain2nya juga bagus tapi tidak disupport sepenuhnya oleh PSSI. Akhirnya anti klimaks pada waktu piala AFC U-20. Dan yang disalahkan pelatihnya, he he …Pelatih sepakbola yang top tidak harus berasal dari mantan pemain sepakbola top. Banyak contoh untuk hal ini, salah satunya Jose Mourinho.

2. Indra Syafri bukan tipe pelatih yang “ABS” (Asal Bapak Senang) tetapi pelatih yang kritis dan berani bicara apa adanya, baik kepada PSSI maupun kepada pihak lain yang dianggap tidak benar. Pada waktu program2 dari Indra Syafri di rubah oleh PSSI (tour Nusantara yang sangat menguras tenaga pemain, ikut turnamen di Brunei dll), Indra Syafri komplain berat kepada PSSI sampai berdebat, tapi sama sekali tidak ditanggapi. Dalam pencarian pemain berbakat, Indra Syafri juga melakukannya dengan methode tersendiri dan menolak pemain2 titipan yang sudah menjadi rahasia umum banyak terjadi. Bahkan saat ini pada waktu PSSI sedang bermasalah karena dibekukan oleh pemerintah, Indra Syafri mengeluarkan statement yang tidak biasa dan menyatakan bahwa dia akan berhenti melatih sepak bola apabila negara kalah dalam konflik melawan PSSI. Ini statement yang tidak biasa dan tidak akan pernah keluar dari pelatih lain. Berita terakhir yang penulis dapatkan adalah PSSI sedang menyelidiki statement Indra Syafri ini dan akan menghukum Indra Syafri apabila terbukti melecehkan PSSI. Pelatih lain selalu akan mencari aman dengan minimal berbicara klise dan bersikap abu-abu ataupun secara terang2an mendukung PSSI.

3. Indra Syafri dipilih untuk menangani PSSI U-17 adalah sejak kepemimpinan Ketua Umum PSSI Djohar Arifin bersama Halim Mahfudz dll, dimana La Nyala Matalitti berada di luar system bersama KPSI. Kemudian ketika KPSI berhasil merebut kembali PSSI, Indra Syafri tetap berlanjut sebagai pelatih PSSI U-19. Keberhasilan Indra Syafri bisa dianggap sebagai keberhasilan pembinaan Djohar Arifin, Farid Rachman, Halim Mahfudz dll. Ini yang tidak diinginkan oleh La Nyala Matalitti dan pengurus PSSI yang sekarang.

Hal-hal seperti analisa saya tersebut diatas adalah salah satu yang menyebabkan tidak majunya persepakbolaan di Indonesia. Unsur subjektifitas dalam pemilihan pelatih sangat jelas terlihat dalam lingkungan PSSI. Kenapa PSSI sangat senang dengan Aji Santoso? Padahal track record Aji Santoso sangat buruk dalam kepelatihan. Dari informasi yang saya dapatkan, Aji Santoso adalah mantan pemain nasional dengan etos kerja yang cukup baik semasa dia menjadi pemain bola. Tetapi modal sebagai mantan pemain sepak bola nasional yang baik tidak cukup untuk menjadi pelatih nasional karena intelektualitas dan wawasannya kurang. Bahkan untuk menyelesaikan pendidikan SMA nya saja, Aji Santoso susah payah melakukannya, sehingga harus dibantu orang lain.

Mudah-mudahan dengan adanya sanksi dari FIFA dan dengan campur tangan pemerintah (Kemenpora), PSSI bisa dibenahi di segala bidang termasuk cara pemilihan pelatih nasional, sehingga pelatih nasional yang dipilih adalah benar-benar pelatih yang mempunyai prestasi dan kemampuan yang terbaik. Bukan berdasarkan hal-hal lain diluar hal-hal tersebut.

Tuhan memberkati.

 

Jason Nehemiah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun