Mohon tunggu...
Jasmin Fatimah Azzahro
Jasmin Fatimah Azzahro Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Psikologi

Active 7th semester student of Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya with a great desire to work in the field of resources, administration, and recruitment and has the ability of HR service, data analysis, training development. strong ability to communicate with various stakeholders, experience, in building relationship with client and advanced technical interests to improve the qualityof the company

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari Perspektif Psikologi: Mengapa Masa Depan Generasi yang Sehat dan Bahagia?

8 Januari 2025   21:58 Diperbarui: 9 Januari 2025   16:03 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Selain itu, masyarakat yang menerima manfaat dari program ini cenderung merasa lebih dihargai dan didukung oleh pemerintah. Ini berkontribusi pada penguatan rasa kohesi sosial. Dalam jangka panjang, masyarakat yang sehat secara fisik dan psikologis akan lebih mampu berkontribusi pada pembangunan sosial dan ekonomi. 

Program MBG juga dapat mengurangi stigma sosial yang sering kali melekat pada kelompok miskin atau kurang mampu. Ketika makanan bergizi tersedia secara gratis dan merata, tidak ada lagi perbedaan mencolok antara mereka yang mampu membeli makanan sehat dan mereka yang tidak. Hal ini menciptakan lingkungan sosial yang lebih inklusif.

Pendidikan Gizi dan Perubahan Perilaku

Program MBG memberikan peluang untuk meningkatkan literasi gizi masyarakat. Banyak masyarakat, terutama di daerah terpencil, yang belum memahami pentingnya gizi dalam kehidupan sehari-hari. Edukasi yang menyertai program ini dapat membantu mengubah perilaku masyarakat menuju pola makan yang lebih sehat.

Dalam psikologi perilaku, perubahan kebiasaan membutuhkan pemahaman, motivasi, dan dukungan lingkungan. Program MBG dapat menjadi pemicu awal perubahan dengan menyediakan akses langsung ke makanan sehat. Namun, untuk memastikan perubahan yang berkelanjutan, pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam edukasi gizi, seperti memberikan informasi tentang cara memilih dan mengolah makanan sehat.

Tantangan Psikologis dalam Implementasi Program

Meskipun Program MBG memiliki manfaat yang besar, pelaksanaannya menghadapi tantangan dari perspektif psikologi. Salah satunya adalah penerimaan masyarakat terhadap program ini. Ada kemungkinan bahwa sebagian masyarakat merasa malu atau enggan menerima bantuan makanan gratis karena stigma yang melekat pada program bantuan sosial. Dalam hal ini, penting bagi pemerintah untuk mengomunikasikan program ini dengan cara yang positif, sehingga masyarakat merasa program ini adalah hak mereka, bukan sekadar bentuk belas kasihan. 

Selain itu, pelaksanaan program ini juga membutuhkan komitmen tinggi dari berbagai pihak, termasuk penyelenggara lokal dan relawan. Jika pelaksana program tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang pentingnya gizi atau kurang memiliki keterampilan interpersonal, program ini mungkin tidak mencapai dampaknya yang maksimal. Oleh karena itu, pelatihan dan pengembangan kapasitas bagi pelaksana program juga harus menjadi bagian dari strategi implementasi.

Implikasi Jangka Panjang terhadap Psikologi Masyarakat

Jika Program MBG berhasil dilaksanakan secara konsisten, dampaknya akan terasa tidak hanya dalam aspek kesehatan fisik tetapi juga dalam kesejahteraan psikologis masyarakat.

Anak-anak yang tumbuh dengan gizi yang baik memiliki peluang lebih besar untuk mencapai prestasi akademik yang tinggi, memiliki regulasi emosi yang lebih baik, dan membangun hubungan sosial yang sehat. Semua ini berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih produktif, bahagia, dan harmonis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun