Mohon tunggu...
Jasmine Raysha
Jasmine Raysha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai semua! Perkenalkan nama saya Jasmine Raysha Kamila merupakan mahasiswi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan program studi S1 Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Film "Dua Hati Biru" (2024), Realitas Sosial terkait Life After Marriage

14 September 2024   19:51 Diperbarui: 14 September 2024   19:58 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua Hati Biru - Official Trailer (2024). (Sumber: Youtube)

Dua Hati Biru (2024) merupakan film drama keluarga Indonesia yang disutradarai oleh Gina S. Noer dan Dinna Jasanti. Film produksi Starvision serta Wahana Kreator ini dibintangi oleh Angga Yunanda sebagai Bima, Aisha Nurra Datau sebagai Dara dan Farrel Rafisqy sebagai Adam. "Apakah akan sebaik film pertamanya?" tentunya pertanyaan tersebut terlintas dalam benak para penikmat karya dari Gina S. Noer dikarenakan Film ini merupakan sekuel dari Film Dua Garis Biru yang rilis pada tahun 2019 lalu, yang dimana melanjutkan ending dari kepergian Dara yang sebelumnya diperankan oleh Adhisty Zara dalam melanjutkan pendidikannya ke Korea Selatan usai melahirkan Adam, sang buah hatinya.

Kehadiran film ini tidak hanya berfokus pada segi drama maupun konflik tetapi juga terdapat banyak pengajaran terutama untuk generasi masa kini yang tengah marak kasus terjadinya pernikahan dini atas dasar "kecelakaan". Mulai dari pilunya realitas kehidupan suami-istri yang belum memiliki kesiapan matang dalam membangun keluarga hingga terciptanya kembali hubungan yang kuat diantara mereka.

Dua Hati Biru - Official Trailer (2024). (Sumber: Youtube)
Dua Hati Biru - Official Trailer (2024). (Sumber: Youtube)

Film ini menceritakan tentang keberlanjutan perjalanan cinta Bima dan Dara, beberapa tahun setelah Adam, sang buah hati terlahir. Dara yang memiliki impian dalam mengejar pendidikan ke Korea Selatan mengharuskan mereka menjalani long distance marriage sejak Adam lahir. Situasi seperti ini juga memaksa Bima menjalankan dua sosok peran dalam satu waktu. 

Seiring waktu berjalan, tiba saatnya Dara kembali ke Indonesia untuk berkumpul kembali dengan keluarga kecilnya, namun bukannya mendapat sambutan hangat dari sang buah hati, Adam justru tidak ingin bermain atau setidaknya melepas rasa rindu kepada Ibunya. Hal ini diwajarkan oleh kakek-neneknya Adam yang dimana mengerti betul tentang kondisi Adam yang lebih memilih berdekatan dengan Ayahnya. Sejak saat itu, Dara berusaha mengembangkan sosok seorang Ibu dalam dirinya yang telah lama hilang untuk memulai kembali hubungan dengan sang buah hatinya. 

Namun, disaat itulah mulai banyak sekali konflik bermunculan. Dimulai dari Angga yang merasa dirinya tidak bisa dipercaya oleh Dara sebagai pencari nafkah keluarga hingga harus mencari pekerjaan tambahan, konflik diantara Dara dengan Ibunya Bima terkait perbedaan pola dalam mengasuh Adam, ditambah komunikasi antara Dara dengan Adam yang masih dipenuhi dengan ego tetapi terpaksa menjalani segala beban tanggung jawab dalam takdir yang mereka pilih.

Menurut opini pribadi saya, konflik yang disajikan dalam film ini terasa sangat relatable di kehidupan keluarga masyarakat luas yang dimana setiap konflik yang dibangun membuat saya sebagai penonton terdiam selama film berlangsung. Apa yang terjadi dalam film ini memiliki potensi atau peluang besar untuk terjadi dalam kehidupan kita juga terutama pada sebagian kalangan umur 18 tahun kebawah yang hanya mengutamakan hawa nafsu tanpa memikirkan efek yang terjadi untuk kehidupan selanjutnya. Sinematografi Dua Hati Biru ini juga memberikan kita banyak petunjuk akan realitas hubungan yang tidak harmonis dengan banyaknya perbedaan pendapat dan mindset dalam menjalani suatu hubungan. 

Selain itu, Gina S. Noer kembali dengan warna-warna cerah untuk menggambarkan vibes pada filmnya. Bahkan untuk menggambarkan perbedaan strata ekonomi Bima dengan Dara yang sangat mencolok. Dapat diperhatikan pada sepanjang film, bagaimana Bima tetap tampil lusuh dan monoton, sedangkan Dara lebih cerah, elegan dan berwarna. Ditambah lagi dengan cara berpikir yang bertolak belakang seperti Dara yang masih ingin memperjuangkan apa yang dia miliki, sedangkan Bima yang terlanjur hanyut dalam keadaan hidupnya. Sifat-sifat seperti ini memang ada di masyarakat dan itulah yang sangat sukses divisualisasikan dalam Dua Hati Biru.

Dua Hati Biru - Official Trailer (2024). (Sumber: Youtube)
Dua Hati Biru - Official Trailer (2024). (Sumber: Youtube)

Untuk kekurangan pada film ini menurut saya mencakup beberapa hal, yakni pada segi karakter yang dimana tidak semua penonton, termasuk saya dapat beradaptasi langsung dengan perubahan karakter Dara, dikarenakan chemistry Angga dan Zara tidak dapat dipungkiri lagi sangat kuat dan menjiwai setiap konflik yang terjadi. Meski demikian akting kedua aktris saat memerankan Dara pun sama-sama bagus dan totalitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun