Mohon tunggu...
Jasmine
Jasmine Mohon Tunggu... Wiraswasta - Email : Justmine.qa@gmail.com

Just me, Jasmine, just a tiny dust in the wind

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[PDKT] Yang Tinya Yang Kung yang Baru

5 April 2015   00:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:37 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jasmine No.71

-o-

Sebuah toko di jalanan sepi yang lebih tepat disebut gang dengan kaca besar terpampang. Putri berhenti sejenak, dan remaja itupun iseng mengaca, merapikan helai rambutnya yang melambai dan meninggalkan gatal di pelipis. Mendadak keasyikannya terganggu dengan ulah seseorang yang meniru persis ia punya laku.

“Fahmi!” pekik Putri pada si peniru di sampingnya itu. “Dasar penguntit! Sejak kapan kau mengikutiku?”

“Kata siapa aku mengikutimu? Memang hanya kau yang punya urusan di daerah sini? Ah, kebetulan, ayo lekas aku butuh bantuanmu,” Fahmi menggamit lengan Putri dan menyeretnya masuk ke dalam lorong buntu yang diapit dua toko.

“Ih, kok tumben susah ya?” gumam Putri, tangannya sibuk membenahi dasi di leher Fahmi yang tak kunjung ketemu simpulnya.

“Ini dasi khusus untuk para juri kejuaraan martial arts,” terang Fahmi bangga sedang matanya tak lekang mengamati raut cantik tepat di depan hidungnya. Kalau tak kuat iman di dada, mungkin sudah semenit yang lalu keliarannya menjelajah sabana mulus itu. Fahmi mengeluh.

“Oh, pantas…,” Putri ber-oh seraya mengatur nafas dan irama di dadanya yang kian sulit diatur.

“Ah, ini akan memakan waktu lama…” berkata begitu Fahmi lalu mengubah posisi berdirinya menjadi separuh berjongkok hingga nyaris pucuk hidung Putri menyentuh ujung hidungnya sendiri. Keduanya menahan nafas bersamaan. Degup di dada sayup memanggil bersahutan.

Jari jemari Putri kian tersesat dalam simpul-simpul yang berulang kali dilukar lalu diikat dan begitu seterusnya. Bukit pipinya kian menghangat menangkis dengus nafas lembut dari hidung Fahmi yang berjarak hanya sekian senti.

“Begini lebih mudah kan?” cetus Fahmi membuyarkan kecanggungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun