Ramonsky, No more noisy!
“Mum!”
Kali ini panggilan itu hanya pendek dan terdengar sekali. Padahal biasanya lolongan yodel itu baru akan berhenti bila nyonya rumah sudah berkacak pinggang dengan bola mata membesar tepat di depan putranya si Rowdy-boy yang as noisy as the creditor’s meeting..hihihi...
Di balik pintu koboi, pintu separuh badan pembatas antara rumah makan dengan rumah utama, Mum bersandar santai menantikan ‘Muun!’ berikutnya. Ia tak lantas tergopoh seperti yang sudah terjadi sekian lama ini. Lalu diam-diam, batinnya pun mulai mengeja angka.
Satu, dua, dan Mum lekas tersenyum simpul kala panggilan itu tak kunjung berkumandang. Sepasang matanya berkilat jenaka, angannya diterbangkan ke dalam kamar berdisain minimalis dan tak meninggalkan ide as a bachelor’s bedroom yang maskulin. Kamar Hardy ‘Noisy’ Ramonsky.
“A-apaa ini?” Ramon terbeliak, sulit percaya pada perubahan dramatis yang menimpa kamarnya. “Sejak kapan kamarku mendapat sertifikasi ISO9001:2015?!”
Sambil mengikat kepalanya dengan headband ala pemain sepak bola dunia, Ramon berjalan perlahan mengitari istana kecilnya itu. Matanya nanar sedang tangannya membelai satu demi satu perabotan kamarnya. Seperti biasa kamarnya itu selalu rapi jali. Tak nampak sebuah pena pun di atas meja. Tak ada dasi menjulur terjepit pintu laci. Semuanya serba well-organized.Yang berubah dan sangat mencolok dan membuat stress matanya adalah label yang tertempel dimana-mana. Dan ini sudah pasti tak dapat diingkari, yeaah, siapa lagi kalau bukan kerjaan si.....
Tok! Tok! Tok!
Ramon tergesa menyambar pintu. Dan dugaannya tepat akurat. Si biang kerok yang baru saja melintas dalam benaknya itu kini abrakadabra! muncul di depan batang hidungnya. Cengengesan dengan kepolosan seorang anak balita. Entah sengaja atau memang si nona gila ini tak melihat wajah Ramon yang terbakar, semerah mobil damkar.
“Sepertinya MasRamon tadi memanggil saya, ya?” wajah sesuci malaikat itu bertanya, walau tak urung senyum nakalnya gagal bersembunyi di sudut bibir Mum.
Alih-alih menggunakan hak jawabnya, Ramon lebih memilih tangannya sebagai unit reaksi cepat.