Mohon tunggu...
Adinda JasmineJoesoef
Adinda JasmineJoesoef Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo, terimakasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Stop Self Diagnosis

30 September 2021   20:44 Diperbarui: 30 September 2021   20:50 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Adinda Jasmine Joesoef

202110230311036

Saat merasakan ada yang tidak beres dengan diri kita kebanyakan dari kita sering mencari penyebabnya di internet, apakah teman teman tahu bahwa teman teman semua tidak boleh sembarangan dalam melakukan self diagnosis dan lebih disarankan untuk pergi ke psikolog agar bisa diatangani dan dipahami oleh ahlinya.

Di zaman yang sudah serba ada ini, semua hal dapat kita akses dengan menggunakan smartphone, hanya dalam satu genggaman tangan kita bisa mengetahui apa yang sedang terjadi di dunia ini. Salah satu yang bisa kita akses adalah berbagai macam penyakit mental yang ada. Dengan adanya artikel ini kita akan membahas ;

Apa itu self-diagnosis? Mengutip dari halodoc.com,  self diagnosis adalah mendiagnosis diri sendiri mengidap sebuah penyakit berdasarkan pengetahuan diri sendiri atau informasi yang didapatkan secara mandiri. Saat seseorang melakukan self diagnosis mereka merasa sangat mengerti dengan diri mereka sendiri.

Hal yang ditelan mentah mentah tanpa bertanya kepada sumber yang benar bisa sangat berbahaya untuk diri sendiri. Resiko yang akan terjadi akan semakin besar jika tidak bertanya kepada sumber yang tepat yaitu psikolog dalam kasus ini, psikolog dapat memberikan jawaban atas pertanyaan anda dan jika membutuhkan obat, psikolog dapat merekomendasikan kepada psikiater agar bisa ditangani di tangan yang tepat. 

Seberapa bahaya sih self diagnosis? Mengutip dari sehatq.com setidaknya terdapat dua kerugian dan juga bahaya dalam self diagnosis. 

  1.  Resiko misdiagnosis, yang akan berdampak negatif pada diri sendiri. 

  2. Resiko kesalahan dalam penanganan

  3. Tidak dapat membedakan penyakit medis yang menyamar sebagai sindrom kejiwaan.

  4. Meragukan kemampuan profesional (psikolog, psikiater)

  5. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun