Kali pertama kita bertemu di bawah rintik hujan , aku tahu bahwa kita telah terjebak di sebuah kisah yang sama.
Kali terakhir kita bertemu di bawah rintik hujan , aku tahu bahwa kau dan aku mempunyai kisah yang berbeda akhir.
Tidak ada kata yang terucap dari dirimu , tidak ada untaian kalimat yang menopangmu, bahkan senyum itu hilang begitu saja. Aku menatap bola mata mu, menyadari binar-binar yang pernah ada , kini hilang digantikan kekosongan diri. Terkungkung oleh segala asa yang memblenggu.
Dan menyadari bahwa, riak di bola matamu diliputi kesedihan yang mendalam.
Mengenggam tanganmu, menyadari bahwa luka yang timbul di antara kau dan aku tidak sesederhana yang kita kira.
Apakah kau mengerti, bahwa kita seperti tengah membirukan senja yang berwarna merah? Atau seperti filosofi mu tentang hujan, bahwa setiap tetes hujan yang mengalir - sama dengan pengulangan kata klise tentang cinta?
Mengertikah kau bahwa seperti membirukan senja yang merah ataupun rintik yang mengalir takkan mengubah sesuatu di antara kita?
Tanpa kau sadari, kau mengenggam erat tanganku dan menatapku. Tatapan segelap malam, yang mampu membiusku, terjebak hanya antara kau dan aku.
Dan kau berkata kepadaku : "Mawar tidak akan menjadi hitam karena layu, sebaliknya mawar akan menjadi hitam ketika terlalu banyak disiram. Akulah mawar itu. Maafkan aku."
Genggaman tangan mu melemas, menamparku ke realita bahwa binar dimata mu tidak lagi diganti dengan kekosongan melainkan kehampaan untuk selamanya.
Â