Mohon tunggu...
Jasmine Dhillon
Jasmine Dhillon Mohon Tunggu... -

Sometimes, people changes without any kind of hesitation. And , so do we. Like You and Me. We change. Maybe one day years from now, we will meet in a coffee shop in a far away city somewhere.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rintik Terakhir

30 Oktober 2015   23:15 Diperbarui: 30 Oktober 2015   23:15 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Kali pertama kita bertemu di bawah rintik hujan , aku tahu bahwa kita telah terjebak di sebuah kisah yang sama.

Kali terakhir kita bertemu di bawah rintik hujan , aku tahu bahwa kau dan aku mempunyai kisah yang berbeda akhir.

Tidak ada kata yang terucap dari dirimu , tidak ada untaian kalimat yang menopangmu, bahkan senyum itu hilang begitu saja. Aku menatap bola mata mu, menyadari binar-binar yang pernah ada , kini hilang digantikan kekosongan diri. Terkungkung oleh segala asa yang memblenggu.

Dan menyadari bahwa, riak di bola matamu diliputi kesedihan yang mendalam.

Mengenggam tanganmu, menyadari bahwa luka yang timbul di antara kau dan aku tidak sesederhana yang kita kira.

Apakah kau mengerti, bahwa kita seperti tengah membirukan senja yang berwarna merah? Atau seperti filosofi mu tentang hujan, bahwa setiap tetes hujan yang mengalir - sama dengan pengulangan kata klise tentang cinta?

Mengertikah kau bahwa seperti membirukan senja yang merah ataupun rintik yang mengalir takkan mengubah sesuatu di antara kita?

Tanpa kau sadari, kau mengenggam erat tanganku dan menatapku. Tatapan segelap malam, yang mampu membiusku, terjebak hanya antara kau dan aku.

Dan kau berkata kepadaku : "Mawar tidak akan menjadi hitam karena layu, sebaliknya mawar akan menjadi hitam ketika terlalu banyak disiram. Akulah mawar itu. Maafkan aku."

Genggaman tangan mu melemas, menamparku ke realita bahwa binar dimata mu tidak lagi diganti dengan kekosongan melainkan kehampaan untuk selamanya.

 

Dan sadarlah aku, bahwa saat itu rintik hujan menjadi saksi bisu pertemuan kita yang terakhir.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun