Mohon tunggu...
Jasmine KurniaRahmah
Jasmine KurniaRahmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Hobi membaca dan menulis, menyukai konten pendidikan, hiburan, bahasa, dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Book

Saksi Bisu Perjuangan Dompet Ayah Sepatu Ibu

17 November 2024   21:12 Diperbarui: 17 November 2024   21:21 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul Buku: Dompet Ayah Sepatu Ibu; Penulis: JS. Khairen; Penerbit: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2023; Tebal: 216 halaman.

Apa yang kita bayangkan tentang keluarga miskin? Keluarga yang selalu kesusahan? Keluarga yang penuh penderitaan? Gambaran keluarga miskin tersebut tampak nyata digambarkan dalam Novel Dompet Ayah Sepatu Ibu. Namun, bisakah garis rantai kemiskinan diputuskan? Tentu saja tergantung dari kerja keras dan usaha yang dilakukan.

Penulis JS. Khairen mencoba mengajak kita refleksi diri untuk bersyukur atas keberuntungan yang didapat. Novel ini mengangkat tema keluarga yang bercerita tentang perjalanan hidup yang penuh tantangan akibat kemiskinan.

Dalam novel Dompet Ibu Sepatu Ayah disampaikan kisah dua tokoh utama Zenna dan Asrul yang menghadapi kesulitan dalam hidup. Zenna tiap pagi hari berangkat sekolah selalu berjualan jagung dengan sepatu rombengnya untuk bantu menghidupi keluarganya. Sedangkan Asrul harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama adiknya yang bernama Irsal dan ibunya. Ayah mereka menikah lagi dan tinggal bersama istri keduanya.

Zenna dan Asrul mempunyai cita-cita yang tinggi yaitu sama-sama ingin memutuskan rantai kemiskinan di keluarga mereka. Zenna ingin bisa berpendidikan tinggi dan membantu kebutuhan keluarganya. Sementara Asrul bertekad membangun rumah untuk ibunya dan bisa berangkatkan ibunya pergi haji.

Tentunya, banyak sekali tantangan dan rintangan untuk menempuh cita-cita mulia dan itu menjadi konflik yang sering terjadi dalam Novel Dompet Ibu Sepatu Ayah. Di awal cerita, permainan yang dilakukan dengan pergantian ragam sudut pandang tokoh seolah mengajak kita untuk memasuki benak para tokoh. Penulis dapat membuat pembaca menyatu dengan cerita dan mendalami setiap nuansa emosional yang disajikan.

Bahasa yang digunakan dalam novel ini menggunakan bahasa sehari-hari sehingga pembaca tidak terlalu sulit untuk memahaminya. Namun, seringkali ada gaya bahasa metafora dalam novel ini sebagai bentuk kata kiasan untuk memperindah tulisan. Latar tempat dalam novel ini di Sumatera Barat sehingga beberapa percakapan ada yang menggunakan bahasa minang. Namun, tidak semua dialog minang tertulis artinya sehingga bagi pembaca diluar suku minang sedikit kesusahan untuk mengartikan ungkapan tersebut.

Secara keseluruhan, novel ini sangat menyajikan kisah inspiratif yang membuat pembaca dapat merasakan tangis air mata dan tawa kebahagiaan akan dinamika kehidupan. Dompet ayah dan Sepatu ibu bukan hanya sebagai barang biasa, tapi merupakan saksi perjalanan tokoh utama dalam mengarungi kehidupan. Jadi, mustahilkah keluar dari lingkaran kemiskinan struktural?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun